Lebih Puas Berswalayan di Pojok Kamar atau di Atas Closet

Lebih Puas Berswalayan di Pojok Kamar atau di Atas Closet

Yuli Setyo Budi, Surabaya Ada dampak lebih serius yang dirasakan Ningsih sejak Melati tinggal di rumah sebelah. Wawan diam-diam mulai rajin memvideo perempuan tadi saat senam atau sekadar berdiri di depan rumah menunggu tukang sayur. Ningsih pernah bertanya, “Buat apa nyuting istri tetangga?” Wawan hanya diam, kemudian klunyar-klunyur masuk rumah. Wajahnya nunduk tapi terlihat mulutnya nahan senyum. Ningsih tidak berani bertanya lebih jauh karena khawatir terjadi keributan. Ngisin-isini bila didengar tetangga. Terlepas dari kecemburuannya terhadap Melati, Ningsih mengakui Melati memang memiliki kelebihan yang tidak dimiliki perempuan lain. Dan, kelebihan itu menjadi daya tarik kuat terhadap kaum pria. Selain dadanya yang jumbo, Melati dianugerahi sadel reaching. Bokong njendil. Wajahnya yang 11:12 sama Nikita Mirzani, tak bisa dipungkiri, melambungkan imajinasi bapak-bapak kompleks perumahan hingga ke atas awan. Pokoknya, apa pun yang menempel di tubuh pelatih senam itu memiliki daya pikat istimewa. Karena tidak kuat menahan kecemburuan seorang diri, Ningsih menggalang kecemburuan berjemaah. Dikumpulkannya ibu-ibu kompleks. Diajaknya ngrumpi bertema Melati yang berpotensi memecah belah rumah tangga tetangga. Ternyata pendapatnya memperoleh banyak dukungan. Tapi, hanya terbatas dukungan. Mereka tidak punya agenda lebih lanjut karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Rata-rata bahkan berterus terang menyerah. Membiarkan saja si suami terpesona Melati, asalkan tidak pernah memergoki suami berselingkuh vs Melati. Kalau itu yang terjadi, ibu-ibu baru akan berjihad mempertaruhan nyawa untuk menyingkirkan Melati dari muka bumi. Untuk mempertahankan suami masing-masing tetap di sisinya. Atau bila tidak, barisan emak-emak itu akan mengajukan gugatan cerai. Hanya Ningsih yang tidak sepaham dengan langkah seperti itu. Dia akan membuat langkah-langkah sendiri untuk mempertahankan diri. Ningsih mencanangkan tekad meningkatkan kualitas tampilan fisik. Minimal bisa menyaingi Melati. Untuk mewujudkan obsesi tadi, Ningsih bertanya ke sana-kemari soal cara dan biaya yang harus dikeluarkan agar bisa mendapatkan penampilan fisik setara dengan Melati. “Soal wajah, tidak banyak yang dikeluhkan. Beliau memang tergolong cantik. Ya… tidak kalah dari Ayu Dewi, mantan kekasih Yumi Zola. Bu Ningsih bahkan punya gigi gingsul yang menjadikannya tambah manis,” kata pengacara Ningsih. Sayang, keinginan Ningsih terbentur biaya. Sudah ada yang sanggup mengubah penampilan dan menjamin kualitasnya, tapi dana yang harus disediakan terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan. Ningsih sempat stress. Keinginannya untuk menyejajarkan diri dengan Melati terkendala. Padahal, kondisi Wawan semakin memprihatinkan. Lelaki bertubuh tinggi-kurus itu semakin jarang memberikan nafkah batin. Saat timbul keinginan kuat Ningsih untuk disentuh suami, dia sampai harus mengeluarkan jurus rayuan. Kalaupun akhirnya Wawan bersedia memberikan nafkah batin, yang dilakukan sekadar melepas kewajiban. Set-set-wet… bar! Tidak ada rasa. Tidak ada penyertaan jiwa. Hambar. Sampai Ningsih tidak berani lagi meminta jatah. Ningsih merasa lebih terpuaskan dengan berswalayan di pojok kamar atau di atas closet kamar mandi. (bersambung)

Sumber: