Ketua Begandring Soerabaia: Hari Juang Polri Berbasis Sejarah Proklamasi Polisi

Ketua Begandring Soerabaia: Hari Juang Polri Berbasis Sejarah Proklamasi Polisi

Ketua Komunitas Begandring Soerabaia Achmad Zaki Yamani-Farid Al Jufri-

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Hari Juang Polri berbasis dari peristiwa penting sejarah Proklamasi Polisi di Surabaya yang dibacakan oleh Moehammad Yasin pada 21 Agustus 1945. Saat itu atas nama warga Polisi, M Yasin menyatakan Polisi sebagai Polisi Republik Indonesia. 

Menurut Ketua Komunitas Begandring Soerabaia Achmad Zaki Yamani, Peringatan Hari Juang Polri yang berawal dari Proklamasi Polisi pada 21 Agustus 1945 merupakan salah satu tradisi kejuangan setelah adanya Hari Pahlawan. Kemudian menjadi hari juang yang muncul dan timbul dari peristiwa yang terjadi di Surabaya. 

"Ini sangat menarik, melengkapi titel Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan dan hari pahlawan ditetapkan oleh presiden Ir Soekarno di Yogyakarta tahun 1946. Jadi satu tahun setelah pertempuran tahun 1946 tanggal 10 November ditetapkan sebagai hari pahlawan," kata Zaki. 

BACA JUGA:Peringati Hari Juang Sebagai Bentuk Sejarah Perjuangan Polri di Masa Kemerdekaan

Zaki melanjutkan bahwa Hari Juang Polri ini merupakan salah satu sebagai rangkaian selain peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945. Yang mana terdapat peristiwa penurunan bendera Jepang dan naiknya bendera Merah Putih pertama kali di Surabaya. 

"Di markasnya Pak M Yasin Tokubetsu Keisatsutai (Polisi Istimewa) yang itu menjadi satu momen penting penegakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Surabaya. Disambut lagi oleh beliau mengumpulkan seluruh stafnya pada 20 Agustus 1945 malam, kemudian pada paginya beliau mengapelkan seluruh pasukannya di depan markas untuk bersama membacakan proklamasi polisi, untuk bersatu bersama rakyat mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945 dengan ini dinyatakan polisi sebagai Polisi Republika Indonesia. Dan ini sangat luar biasa," jelasnya. 

Ketua Begandring Soerabaia itu mengatakan bahwa gedung Wismilak saat itu merupakan gedung yang dapat penting dalam sejarah di Surabaya. Selain sebagai markas polisi saat itu yang sebelumnya markas tentara Jepang, disekitar lokasi itu terdapat banyak momen atau peristiwa penting selain proklamasi polisi. 

BACA JUGA:Terharu Mendalam dalam Peringatan Hari Juang Polri di Surabaya

"Jadi tanggal 9 November 1945 Inggris menjatuhkan ultimatum (menyebarkan surat ultimatum) di Surabaya dan menjadikan Cun Boulevard (sekitar monumen polri) sebagai titik kumpul dimana orang Surabaya harus menyerah dan mengangkat tangan menaruh senjata. Tapi nyatanya tidak ada satupun orang Surabaya yang menyerah," tuturnya. 

"Dan titik ini menjadi salah satu titik penting di lokasi ini dan mengapa disini ada monumen polri. Tidak hanya lokasi bendera merah putih pertama di Surabaya, tidak hanya proklamasi polisi. Dan salah satu poinnya tidak ada satupun orang Surabaya yang menyerah mengangkat senjata," jelasnya. 

Menurut Zaki, peristiwa tersebut saling melengkapi sehingga di gedung tersebut menjadi saksi peristiwa sejarah di Surabaya yang tidak pernah habis untuk diungkap dan disampaikan. 

BACA JUGA:Jelang Hari Juang Polri Tahun 2024, Kapolri: Berikan Pengabdian Terbaik kepada Masyarakat

Dalam literasi yang disampaikan dari Pak Mukari (meninggal 2020), anggota terakhir M Yasin. Dalam buku beliau menyatakan jika Gedung Wismilak itu merupakan asrama polisi. 

"Kemungkinan pada saat itu selain sebagai asrama juga sebagai markas polisi. Karena situasi saat itu dibutuhkan lokasi lain untuk bermarkas di sana. Dan itu perlu adanya kajian sejarah dari para sejarawan dan para akademisi untuk bisa mengetahui peran gedung-gedung disini dalam peristiwa sejarah saat itu," pungkasnya. (rid)

Sumber: