Green Force Persebaya Tidak Lagi Hijau

Green Force Persebaya Tidak Lagi Hijau

Bruno Moriera dan pelatih Paul Munster.-IG Persebaya.-

Catatan: Eko Yudiono, Wartawan Memorandum

Jika diartikan secara harfiah Green Force berarti “Kekuatan Hijau”. Tapi di bahasane Arek Suroboyo Green Force berarti Pasukan Hijau-Hijau yang identik dengan Persebaya. Ya, sejak era perserikatan, Persebaya memang selalu menggunakan Hijau-Hijau sebagai warga kebesaran.

Pun ketika menjadi juara di kompetisi modern pada 1997 dan 2004, warna hijau masih melekat di tim yang juga berjuluk Bajul Ijo (Buaya Hijau) ini.

Tapi, Persebaya kini bisa disebut bukan lagi hijau. Bisa juga merah dan lain-lain. Ini jika mengacu kepada laga home perdana Persebaya menjamu PSS Sleman, Minggu 11 Agustus 2024. Tampil sebagai tuan rumah, semestinya Persebaya menggunakan jersey kebanggaan hijau-hijau.

BACA JUGA:Gol Tunggal Bruno Moreira Amankan 3 Poin Persebaya di Kandang

Namun, suporter Persebaya yang biasa disebut Bonek hanya bisa kaget ketika Bruno Moriera cs menggunakan jersey merah-merah. Meski di jersey terselip warna hijau, namun hanya sebagai pemanis bukan dominan. Jadinya, suporter seolah menyaksikan Timnas Indonesia bermain di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) bukan Persebaya.

Manajemen memang belum buka suara terkait mengapa dan kenapa lebih memilih warna merah menyala sebagai jersey pertama yang dipakai di laga home perdana.

Namun, warna merah di lapangan hijau menurut saya sah-sah saja. Toh, terlihat lebih kontras dengan rumput hijau yang disinari lampu stadion. Apalagi, warna merah juga memberikan kemenangan perdana di Liga 1 bagi Persebaya di musim 2024/2025.

Jadi, jangan kaget jika musim ini Persebaya lebih menggunakan merah-merah sebagai jersey home atau away mereka. Anggap saja ini jadi penyegaran setelah musim lalu Persebaya dedel duel (baca:prestasinya hancur) karena finish di urutan ke-12. 

BACA JUGA:Team Launching Game Persebaya vs Persik, Pertandingan Penting Sebelum Liga 1 Bergulir

Saya sih sebagai penikmat bola hanya Husnuzan terkait langkah yang diambil manajemen. Toh, mereka lebih tahu dari saya cara mengelola tim sepanjang kompetisi bergulir. Sebagai penikmat hanya bisa mendukung sambil nyeruput kopi dan nyemil pisang goreng di depan TV. 

Sesekali juga datang langsung ke stadion demi mengobati rindu dan melihat suasana asli pertandingan. Kalau toh nantinya prestasi Persebaya jelek, toh hanya bisa nggerundel. Itu lebih dari cukup. Selebihnya mau Persebaya hijau-hijau, merah-merah ataupun belang telon (baca: warna kucing) jadi ranah manajemen. Toh, apa arti sebuah warna. Mawar pun seandainya tidak lagi merah ketika mekar tetap wangi. Sekian. (*)

 

Sumber: