Polres Gresik Gelar Kegiatan Kontra Radikal, Eks Napiter Bagikan Kisah Kelam di Irak

Polres Gresik Gelar Kegiatan Kontra Radikal, Eks Napiter Bagikan Kisah Kelam di Irak

Polres Gresik Gelar Kegiatan Kontra Radikal, Eks Napiter Bagikan Kisah Kelam di Irak--

Namun pada 2014, ia memilih pulang. “Saya sadar, apa yang saya jalani bukanlah perjuangan, melainkan jalan yang menjerumuskan. Ekstremisme justru banyak menyasar anak muda dengan kondisi rapuh: broken home, haus pengakuan, atau salah dalam memilih pergaulan,” ungkapnya.

BACA JUGA:Polres Gresik Torehkan Prestasi di Lomba Safety Driving Hari Lalu Lintas Bhayangkara ke-70

Wildan menyebut tanda-tanda awal radikalisasi sering kali sederhana: perubahan sikap, menjauh dari keluarga dan lingkungan, hingga munculnya anggapan bahwa semua orang yang berbeda adalah musuh. “Saat itu terjadi, segeralah waspada. Itu awal jebakan,” pesannya.

Kini, Wildan menjalani kehidupan berbeda. Ia bekerja sebagai barista, menulis buku, dan sering menjadi dosen tamu. Di berbagai forum, ia membagikan pengalamannya agar generasi muda tidak mengulang kesalahannya. “Data UNDP 2019 jelas menunjukkan, radikalisme banyak berakar dari keluarga bermasalah, pemahaman agama yang keliru, dan faktor sosial-ekonomi,” katanya, sembari menegaskan pentingnya peran orang tua dan lingkungan dalam mencegah radikalisasi.

BACA JUGA:Cabuli Tetangga hingga Hamil, Pria asal Pulau Bawean Diringkus Polres Gresik

Diskusi semakin hangat saat sejumlah tokoh lokal, seperti Joko Pratomo (Ketua Formagam Gresik) dan Yusuf Ahmad Sabri (Sekretaris PD Muhammadiyah Gresik), menyinggung soal radikalisme di era digital. Wildan pun mengamini bahwa ancaman saat ini memang bergeser ke ruang maya.

“Media sosial kini menjadi pintu utama rekrutmen. Mereka menggunakan akun palsu, menyajikan konten yang tampak baik, namun sesungguhnya menjebak,” jelasnya.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan Kombespol Erdi A. Chaniago. “Hati-hati dengan akun-akun palsu. Jangan mudah percaya, apalagi menyebarkan konten tanpa tahu asal-usulnya. Bijaklah dalam bermedsos,” tegasnya di hadapan para peserta yang didominasi kaum muda.

BACA JUGA:Kondusif, Polres Gresik Sukses Kawal Pertandingan Persik Kediri Vs Madura United

Kegiatan kontra radikal di Polres Gresik ini meninggalkan pesan, Bahwa melawan radikalisme bukan tugas aparat semata, tetapi tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa.

Kisah Wildan menjadi bukti nyata: siapa pun bisa terjerumus, tetapi siapa pun juga bisa bangkit dan memberi peringatan bagi yang lain. “Kelompok teroris hanya menunggu waktu yang tepat untuk bangkit. Karena itu, kewaspadaan kita bersama adalah kunci,” pungkasnya. (hms/day)

Sumber:

Berita Terkait