Seruan Aksi! Ecoton Desak Australia Hentikan Pengiriman Sampah Plastik ke Indonesia
Seruan Aksi Ecoton mengenai phase out plastic production --
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID – Ecoton akan menggelar aksi damai menuntut penghentian pengiriman sampah plastik dari Australia ke Indonesia. Aksi ini akan digelar pada Rabu, 6 Agustus 2025, pukul 13.00 WIB, bertempat di Gedung ESA Sampoerna Surabaya, kantor Konsulat Jenderal Australia.
Aksi ini dilatarbelakangi oleh pengiriman sampah kertas (HS 3707) yang tercampur dengan sampah plastik dengan sampah impor berasal dari pabrik kertas.
Data menunjukkan, sejak tahun 2020 hingga 2024, Australia telah mengirimkan total 2,7 miliar kilogram sampah kertas yang bercampur limbah plastik ke Indonesia.

Mini Kidi--
Parahnya, sampah plastik ini tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga membahayakan kesehatan manusia, terutama bayi dan anak-anak. Penelitian kolaboratif Ecoton, Wonjin University, dan Universitas Airlangga (UNAIR) menemukan mikroplastik dalam darah, air ketuban (amnion), dan urine.
Selain itu, sampah plastik impor dari Australia juga mencemari lingkungan di beberapa wilayah Jawa Timur, seperti Desa Tropodo, Desa Gedangrowo, dan Kecamatan Pagak.
Melalui aksi ini, Ecoton menyampaikan tiga tuntutan utama kepada pemerintah Australia dan Indonesia untuk Menghentikan Seluruh Bentuk Ekspor Sampah Plastik dari Australia ke Indonesia, Mendukung Perjanjian Global Plastik yang Ambisius, Mengikat, dan Berkeadilan dan Melindungi Kesehatan Manusia, Keanekaragaman Hayati, dan Lingkungan dari Bahan Kimia Berbahaya dalam Plastik.
BACA JUGA:Akamsi dan Ecoton Desak Pemprov Jatim Selamatkan Kali Surabaya dari Pencemaran
Koordinator aksi, Alaika Rahmatullah menyampaikan aksi ini akan diikuti oleh 20 orang aktivis lingkungan dari Ecoton. Mereka akan menyuarakan hak anak-anak dan masa depan lingkungan bebas dari sampah plastik.
“Kami mengajak semua elemen masyarakat untuk bergabung dalam aksi ini. Suara kita adalah harapan bagi generasi mendatang. Kami menyerukan agar pemerintah Australia bertanggung jawab atas dampak buruk pengiriman sampah plastik mereka ke Indonesia,” tegas Alaika Rahmatullah. (yat)
Sumber:



