umrah expo

Membangun Karakter Siswa atau Sekadar Menciptakan Ketakutan

Membangun Karakter Siswa atau Sekadar Menciptakan Ketakutan

--

Ada satu tren yang makin mencolok di dunia pendidikan kita, sekolah terus memperketat aturan, tapi siswa justru terlihat makin gampang stres.

Fenomena ini makin terasa seiring munculnya berbagai program kedisiplinan seperti Polisi Siswa, Satgas Anti-Bullying, patroli tata tertib, dan sederet aturan baru yang niat awalnya bagus, tapi efek sampingnya tidak bisa diabaikan.

Dari sisi institusi pendidikan, saya paham betul obsesinya, yakni sekolah ingin menciptakan lingkungan yang aman, tertib, dan ramah belajar.


Mini Kidi--

Tidak ada guru yang ingin melihat siswanya terjerumus pada perundungan, kekerasan, narkoba, apalagi tindak asusila.

Namun, bentuk-bentuk pengawasan yang makin ketat justru memunculkan pertanyaan, apakah kita sedang membangun karakter atau sekadar menciptakan ketakutan?

Masalahnya sederhana, disiplin itu penting, tapi pendekatan yang terlalu berorientasi kontrol bisa membuat sekolah bertransformasi menjadi ruang formal berlapis aturan, alih-alih ruang tumbuh anak muda.

BACA JUGA:Smart City Tanpa Smart People Hanya Jadi Proyek Hiasan

Banyak siswa mengeluh bahwa mereka merasa diawasi terus, bukan dipandu, itu dua hal yang sangat berbeda.

Ada ironi lain, program seperti Polisi Siswa sejatinya bertujuan mulia, karena menumbuhkan kepemimpinan sekaligus membantu sekolah menjaga ketertiban.

Namun di beberapa tempat, muncul anggapan bahwa mereka adalah perpanjangan tangan hukuman di antara sesama siswa.

BACA JUGA:Rotasi Pejabat Jadi Ujian Nyata Transformasi Birokrasi Daerah

Ini jelas berbahaya, anak-anak bukan penegak hukum, mereka masih tahap belajar.

Jika tidak hati-hati, mereka bisa terseret jadi polisi kecil yang kehilangan sisi empatinya.

Yang lebih memprihatinkan adalah kondisi mental anak-anak kita.

Data nasional beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan signifikan pada kasus kecemasan dan tekanan psikologis di kalangan remaja.

Mereka hidup di zaman yang menuntut banyak hal sekaligus, nilai bagus, sikap santun, keaktifan organisasi, penampilan menarik, etika digital yang benar, dan tentu saja tidak boleh salah sedikit pun.

BACA JUGA:Pesta di Surabaya Membuka Luka Lama

Hidup sudah penuh tekanan, sekolah menambahnya dengan tumpukan aturan.

Pertanyaan kuncinya: siapa yang sebenarnya kita lindungi? Anak-anak, atau reputasi sekolah?

Disiplin yang efektif adalah disiplin yang mendidik, bukan yang menakutkan.

Sumber: