Datang Diam-diam, Pulang Membawa Nama Besar
--
ENTAH kenapa, provinsi ini seolah memiliki magnet tersendiri bagi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Seperti magnet yang tak pernah mati daya tariknya. Setiap tahun, pasti ada saja pejabat daerah dari sini yang “berziarah” ke Gedung Merah Putih.
BACA JUGA:Indonesia Emas Tak Akan Lahir dari Generasi Narkoba
Dan kali ini, giliran Ponorogo yang disorot lampu sorot publik.
Bupatinya, Sugiri Sancoko, tertangkap tangan KPK. Sebuah peristiwa yang—anehnya—sudah tidak terlalu mengejutkan publik Jawa Timur. Di sini, berita OTT KPK sudah seperti musim hujan: datang rutin, berganti nama, tapi tetap membasahi yang sama.
BACA JUGA:Dari Gatotkaca ke Maung
Kita masih ingat, di Sidoarjo, KPK seakan punya cabang permanen.
Tiga bupati berturut-turut — Win Hendarso, Saiful Ilah, dan Ahmad Muhdlor Ali — semuanya pernah tersangkut perkara korupsi.
Kalau saja korupsi bisa diwariskan, mungkin Sidoarjo sudah punya “tradisi keluarga besar.”
Dari generasi ke generasi, dari proyek ke proyek.
BACA JUGA:Intelektual Pun Bisa Jadi Korban Bully
Pindah sedikit ke Nganjuk.
Dua bupatinya juga sama nasib.
Taufiqur Rahman lebih dulu, kemudian disusul Novi Rahman Hidayat.
Seperti lomba lari estafet, tongkat korupsi berpindah tangan dengan mulus.
Sumber:



