Suporter Bukan Customer
Catatan Redaksi Anis Tiana Pottag.--
BACA JUGA:Indonesia Emas Tak Akan Lahir dari Generasi Narkoba
BACA JUGA:Mandiri Bukan Berarti Sendiri
Jika industri sepak bola ingin maju, komersialisasi memang tak bisa dihindari tapi harus dilakukan dengan kesadaran etik. Prinsip keolahragaan menempatkan manusia di pusatnya: sportivitas, kebersamaan, dan keadilan. Saat suporter direduksi menjadi sekadar angka dalam laporan sponsor, maka nilai-nilai itu runtuh.
Kita perlu mengingat kembali bahwa tanpa suporter, sepak bola hanyalah pertandingan kosong. Mereka bukan customer yang bisa diganti kapan pun, melainkan penjaga marwah klub dan budaya.
Menghormati suporter bukan sekadar urusan moral, tapi juga bentuk ketaatan pada hukum dan tanggung jawab sosial.
Sepak bola akan tetap hidup sepanjang suporter masih punya ruang untuk bersuara.
Tapi jika cinta mereka terus disalahartikan sebagai peluang jualan, maka stadion akan kehilangan jiwanya menjadi megah, tapi sunyi.
Sumber:



