Naturalisasi dan Pencarian Jati Diri Sepak Bola Indonesia
Catatan Redaksi Anis Tiana Pottag.--
Kekalahan beruntun Tim Nasional Indonesia dari Irak dan Arab Saudi kembali membuka perdebatan lama: sejauh mana naturalisasi membantu membangun sepak bola nasional, dan apakah bangsa ini benar-benar sedang mencari kemenangan, atau sedang kehilangan jati diri?
naturalisasi sejatinya adalah jalan hukum yang sah. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan memberi ruang bagi warga negara asing untuk menjadi WNI, selama memenuhi syarat administratif dan moral yang telah ditetapkan.
Dalam konteks sepak bola, proses ini bahkan diatur ketat oleh FIFA melalui ketentuan eligibility to play, sehingga status seorang pemain naturalisasi tidak sekadar administratif, tapi juga strategis.
Namun persoalannya bukan berhenti pada legalitas.
Naturalisasi kini menjelma dilema: di satu sisi, kita membutuhkan pemain berkualitas untuk memperkuat tim nasional; di sisi lain, kita justru mulai bergantung pada pemain yang tumbuh dan terbentuk di luar sistem pembinaan kita sendiri.
BACA JUGA:Moroseneng oh Moroseneng

Mini Kidi--
Ketika naturalisasi menjadi kebijakan utama, bukan pelengkap, di situlah jati diri sepak bola nasional mulai kabur.
Sepak bola seharusnya mencerminkan karakter bangsa kerja keras, daya juang, dan solidaritas.
Tapi ketika regenerasi pemain lokal tersendat, kompetisi usia muda lesu, dan pembinaan berbasis daerah minim perhatian, kita menambalnya dengan paspor baru, seolah-olah semangat juang bisa dibeli melalui administrasi.
Hasilnya, kemenangan sesekali hadir, tapi sistemnya tetap rapuh.
Naturalisasi bukan masalah jika dibarengi dengan pembenahan menyeluruh: akademi yang hidup, kompetisi yang sehat, dan pembinaan yang konsisten.
Namun jika tidak, kita hanya menunda kegagalan berikutnya. Paspor merah putih boleh berubah, tapi karakter juang bangsa tidak bisa diimpor.
Kekalahan dari Irak dan Arab Saudi seharusnya menjadi peringatan, bukan sekadar kekecewaan.
Indonesia bukan kekurangan pemain, melainkan kehilangan sistem yang menumbuhkan rasa percaya diri untuk bersaing sejajar di panggung dunia. Naturalisasi boleh menjadi strategi, tapi bukan alasan untuk berhenti mencari jati diri.
Karena pada akhirnya, kemenangan sejati bukan ketika kita menang dengan pemain naturalisasi, melainkan ketika kita bisa mencetak pemain yang lahir, tumbuh, dan berjuang untuk merah putih dari akar rumput negeri sendiri.
Sumber:



