Belajar Harmoni Cinta Lewat Tepuk Sakinah
Catatan Redaksi Anis Tiana Pottag.--
Tidak semua nasihat tentang rumah tangga harus disampaikan dengan wajah serius. Kadang, pesan yang paling dalam justru tersampaikan lewat cara sederhana seperti tepuk tangan bersama.
Begitulah semangat di balik “Tepuk Sakinah”, sebuah gerakan kecil yang mengajak masyarakat untuk memahami makna Sakinah, mawaddah, dan rahmah dengan cara yang riang namun bermakna.
Tepuk Sakinah bukan sekadar permainan kata atau aktivitas seremonial.
Ia adalah bentuk edukasi yang mengingatkan bahwa keharmonisan rumah tangga tidak lahir dari kemewahan, melainkan dari kebersamaan, saling menghargai, dan komunikasi yang hangat.
Dalam setiap tepuk tersimpan nilai-nilai penting: cinta yang dijaga, hormat yang dibalas dengan hormat, serta ridha yang menjadi pondasi keluarga.
BACA JUGA:Asa Garuda ke Piala Dunia
BACA JUGA:Pelajaran Berharga di Balik Perceraian dan Sengketa Harta Tasya

Mini Kidi--
Ketika masyarakat mulai kehilangan cara menyampaikan nilai dengan gembira, Tepuk Sakinah hadir sebagai simbol bahwa kesetiaan dan kebahagiaan bisa diajarkan tanpa menggurui.
Ia mengembalikan semangat bahwa membangun keluarga tidak harus kaku, dan bahwa sakinah bukan sekadar kata dalam akad, melainkan perilaku yang diulang setiap hari.
Keluarga sakinah bukan yang tak pernah berdebat, melainkan yang mampu menemukan kembali ketenangan setelah badai.
Dalam tepuk kecil yang penuh semangat itu, kita diajak untuk kembali pada makna besar: bahwa cinta, dalam bentuk paling murninya, bukan sekadar rasa tapi keputusan untuk tetap saling menjaga, dengan cara yang membahagiakan.
Sumber:



