Hannibal Lecter dengan Kearifan Lokal
Catatan Redaksi Eko Yudiono.--
Miris mendengar kasus mutilasi yang terjadi di kawasan Lidah Wetan.
Potongan tubuh mahasiswa cantik asal Lamongan selaku korban kemudian disebar hingga Pacet. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana pelaku melakukan perbuatan sadis itu.
Sebab, hingga kini, saya masih takut ketika ada orang menyembelih hewan. Itulah mengapa saya selalu menolak jika ditunjuk sebagai panitia Kurban di kampung.
Alasan saya hingga kini adalah kesibukan di kantor karena tanggal merah tiak berlaku bagi wartawan.
Kembali ke kasus mutilasi yang dilakukan oleh Alvi Maulana asal Sumatera Utara.
Saya kembali tidak bisa membayangkan bagaimana Alvi tega menghabisi Tiara Angelina Saraswati, yang diakui pelaku sudah dinikahi siri.
Saya jadi teringat dengan serial televisi horor-thriller psikologis Amerika Hannibal. Dr. Hannibal Lecter, psikiater forensik brilian yang secara diam-diam adalah seorang pembunuh berantai kanibal.
Kemampuannya untuk memanipulasi orang-orang di lingkungannya luar biasa. Sehingga mereka tdiak sadar tengah bergaul dengan seorang kanibal yang mampu memutilasi bahkan memakan bagian organ korbannya. Sadis memang.
Saya kok melihat pelaku mutilasi ini mirip-mirip dengan serial tersebut. Apakah Alvi suka nonton serial tersebut. Lalu mempraktekkannya. Ah, ini sekadar menebak-nebak lho.
Yang pasti warga sekitar tempat tinggal Alvi banyak tertipu. Di balik wajah pelaku yang cukup ganteng, tersimpan perilaku yang mengarah ke psikopat.
Warga sekitar tempat tinggalnya tentu tidak menyangka bahwa pelaku yang sehari-hari berprofesi sebagai driver online mampu melakukan tindakan sadis. Wanita yang sehari-hari tinggal dengannya, maaf: dipotong menjadi 66 bagian. Mengapa 66 hanya pelaku yang tahu pasti.
Lagi-lagi saya tidak bisa membayangkan bagaimana Alvi melakukannya.
Padahal, dari foto-foto yang diterima media, korban termasuk wanita yang menarik. Bahkan bisa dibilang cantik. Kok tega!
Pengakuan awal pelaku mengaku sakit hati. Alasan ini tentu tidak bisa menjadi pembenar.
Sebab, dari aspek hukum yang dibuat manusia (KUHP Pidana) dan hukum semua agama, tidak dibenarkan menghabisi nyawa manusia. Apalagi hingga dimutilasi.
Sekali lagi, kasus ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita bahwa, sebenci-bencinya kita pada seseorang jangan sampai menghilangkan akal dan logika.
Membayangkan mutilasi hewan saja saya tidak tega, apalagi manusia. Tapi sekali lagi, jangan pernah membayangkan apa yang dilakukan pelaku. Karena, apa yang dilakukan Alvi bisa dibilang di luar Nurul eh Nalar. Bisa-bisa tidak enak makan dan tidur.
Nah, di bagian akhir, ke depan kita berharap tidak ada lagi Dr. Hannibal Lecter dengan kearifan lokal. Mengapa? Karena, membayangkannya saja sudah bikin tidak enak makan. Semoga!
Sumber:



