umrah expo

Profesionalisme Guru di Era Modern: Mengelola Generasi Digital dengan Hikmah dan Adab

Profesionalisme Guru di Era Modern: Mengelola Generasi Digital dengan Hikmah dan Adab

ilustrasi--

Selain itu, literasi digital keagamaan menjadi aspek yang semakin penting. Literasi digital bukan sekadar kemampuan menemukan informasi, tetapi juga menyeleksi, menganalisis, dan mengevaluasi konten secara kritis. Dalam perspektif psikologi perkembangan, misalnya melalui gagasan (Piaget, w. 1980) tentang asimilasi–akomodasi, murid perlu dibimbing agar tidak hanya menerima informasi, tetapi mampu memprosesnya secara matang dan bertanggung jawab.

Di sinilah peran guru profesional menjadi sangat penting, mendampingi murid saat mereka belajar atau berdiskusi dengan kecermatan, kedewasaan emosional, dan kebijaksanaan agar mereka tumbuh sebagai pembelajar yang kritis sekaligus berpegang pada nilai-nilai kebaikan.

BACA JUGA:Dosen Unugiri Terapkan Pemetaan Antropometri dan Identifikasi Bakat di SMA Model Terpadu Bojonegoro

Profesionalisme Guru

Namun, tantangan di lapangan memang tidak bisa diabaikan. Beberapa kajian, menunjukkan bahwa banyak guru masih berproses dalam menguasai kompetensi digital yang lebih esensial. Meskipun penggunaan beberapa platform teaching and learning, pemanfaatan teknologi secara kreatif dan transformatif masih belum merata.

Di sisi lain, bentuk penyimpangan siswa pun ikut berubah, dari yang sebelumnya bersifat fisik menjadi kenakalan digital seperti cyberbullying, kecanduan gawai, hingga penyalahgunaan media sosial. Karena itu, guru profesional di era digital membutuhkan dukungan berkelanjutan, termasuk serta sinergi yang erat dengan orang tua dan sekolah, agar ekosistem belajar tetap aman, sehat, dan humanis.

Selain itu, kerangka TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) dapat digunakan untuk memahami kematangan digital guru. TPACK menekankan integrasi tiga dimensi utama: pengetahuan konten, pengetahuan pedagogis, dan pengetahuan teknologi.

Profesionalisme guru di era digital bukan hanya soal menguasai alat, tetapi bagaimana guru mampu memadukan teknologi dengan strategi pengajaran dan materi yang tepat agar pembelajaran lebih efektif dan bermakna. Pendekatan ini menekankan bahwa kedewasaan digital guru diukur dari kemampuan mereka memanfaatkan teknologi secara bijak, etis, dan relevan dengan kebutuhan murid.

Selain aspek digital, kemampuan pedagogis tetap menjadi kunci. Buku “Menjadi Guru Profesional di Abad 21” (Shofiyuddin: 2025) menunjukkan bahwa guru abad ke-21 perlu menguasai literasi digital sekaligus kecerdasan sosial dan emosional. Artinya, guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, memperhatikan kebutuhan setiap murid, dan membangun hubungan yang hangat. Profesionalisme guru bukan hanya soal mengajar, tetapi juga merawat rasa aman, peduli, penghargaan, dan kepercayaan antara guru dan murid.

BACA JUGA:Implementasi Deep Learning, Guru SD Ngasem Bojonegoro Dibekali Kesehatan Mental dari Dosen Unugiri

Sinergi Tri Sentra Pendidikan

Bayangkan sejenak: jika Anda seorang guru yang membaca ini mungkin sambil bersandar setelah hari yang melelahkan, lihatlah potensi luar biasa dari profesi Anda. Anda bukan sekadar penyampai materi pelajaran, tetapi juga penjaga moral digital generasi muda. Tugas Anda adalah membekali murid dengan pengetahuan, keterampilan, dan karakter. Bagi orang tua dan masyarakat yang peduli pendidikan, penting untuk menyadari bahwa peran guru tidak berdiri sendiri. Dukungan dari semua pihak sangat diperlukan agar pendidikan berjalan optimal.

Di sinilah Tri Sentra Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara menjadi relevan: keluarga membimbing dan mendampingi di rumah, sekolah menyediakan ruang inovasi dan pembelajaran bermakna, serta masyarakat aktif mendukung pembentukan karakter. Dengan sinergi ini, guru dapat menjalankan perannya secara penuh, dan murid tumbuh menjadi generasi yang cerdas, bijak, dan berkarakter.

Sebagai warga negara, kita semua memiliki peran dalam mendukung guru. Investasi pada pengembangan profesionalisme guru di bidang digital adalah investasi bagi masa depan, bukan sekadar menyediakan gadget atau akses internet.

Di Hari Guru ini, mari kita apresiasi peran guru profesional di era digital. Guru tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga mampu membimbing murid, menjunjung nilai etika di dunia maya, dan menanamkan nilai-nilai penting bagi perkembangan karakter. Anak-anak kita membutuhkan guru yang bijak menggunakan teknologi, mampu menyalurkan ilmu secara tepat, dan mendukung perkembangan moral mereka, sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang beriman, berakhlak, terampil, cerdas, cakap dan bertanggung jawab. 

Sumber: