BANGKALAN, MEMORANDUM - Kapolres Bangkalan, AKBP Febri Isman Jaya menjelaskan, Satreskrim Polres Bangkalan mendalami motif pemicu terjadinya insiden berdarah keponakan habisi paman dengan sajam clurit di Kecamatan Arosbaya. Tragedi penganiayaan terjadi Senin 15 April 2024 pukul 19.00 WIB, masih dalam suasana Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriyah.
”Peristiwa ini terjadi di tepi jalan Kampung Lebak, Desa Arosbaya tiga hari yang lalu,” kata AKBP Febri, sapaan akrab Kapolres, Rabu 17 April 2024.
Hingga saat ini, Kasatreskrim AKP Heru Cahyo dan anggota masih intens melakukan lidik di lapangan. Termasuk memeriksa beberapa saksi terkait peristiwa berdarah ini. Polres ingin mengungkap latar pemicu terjadinya penganiayaan berujung maut, agar kasus ini jadi terang-benderang.
Konologis awalnya bermula ketika lelaki inisial M (48) berpapasan dengan pamannya inisial B (58), keduanya warga Kampung Lebak, Desa Arosbaya. Keduanya berpapasan di tepi jalan kampung. ”Etnah apa penyebabnya, tiba-tiba keduanya terlibat cekcok,” tandas Kapolres.
BACA JUGA:Kapolres Bangkalan Kawal Arus Balik, Berjibaku Urai Kemacetan Lalin
Selang beberapa saat terjadilah peristiwa itu, dengan sajam clurit, M tiba-tiba ngamuk dan menhujani sang paman dengan bacokan bertubi-tubi. Lelaki sepuh itu lansung ambruk di tepi jalan.
“Anggota Polsek Arosbaya dibantu warga segera merujuk korban ke Puskesmas Arosbaya,” ungkap AKBP Febri.
Namun nahas, korban keburu meregang nyawa saat dirujuk ke RSUD Syamrabu di Kecamatan Bangkalan Kota.
Satreskrim Polres dan Unit Reskrim Polsek Arosbaya masih mendalami pemicu terjadinya cekcok antara M dengan B yang kemudian berujung pada penganiayaan. Targetnya agar motif utama terjadinya tregedi itu bisa terungkap dengan jelas.
BACA JUGA:Targetkan Layanan Terbaik, Polres Bangkalan Cek Kesiapan Ranmor Dinas Jelang Operasi Ketupat 2024
Koronoligis dan latar pemicu kejadian koponakan habisi paman dengan clurit itu memang simpang siur.” Untuk itu saya sarankan kepada rekan-rekan jurnalis bisa bersabar. Bapak Kapolres nanti akan merilis apa latar penyebab terjadinya peristiwa ini,” saran Wakapolres Kompol Andi Febrianto Ali yang dihubungi terpisah.
Perwira berdarah asli Madura ini wanti-wanti agar tidak keburu menulis, dan menyaring informasi di lapangan, agar tidak keliru latar penyebab utamanya. Juga janga buru-buru memastikan peristiwa ini sebagai insiden carok. Sebab pengertian carok berbeda dengan penganiayaan.
“Ini penting agar Madura, khususnya Kabupaten Bangkalan, tidak kerap gaduh dan viral karena peristiwa carok-nya. Bagi para tokoh Madura, carok itu punya pengertian kelahi tanding dua lelaki yang sama meunggunakan sajam khas Madura.
Jadi dua lelaki yang bersetru harus sama pegang sajam. Sebaliknya, dalam kasus penganiayaan, hanya satu pihak yang pegang sajam. Sementara ini isu yang beredar di luaran masih simpang siur. Atau ada dua versi.
BACA JUGA:Mudik Lebaran 2024: Polres Bangkalan Awasi SPBU, Cek Ketersediaan BBM dan Harga