Sebab, sedikit saja salah strategi bisa-bisa justru Persebaya yang celaka. Bonek tentu saja hanya bisa melihat di layar kaca sembari berdoa. Untuk tim terbaik yang mereka puja.
Sekali lagi, sayang disayangkan partai Big Match di Liga teratas Indonesia tidak bisa disaksikan oleh pengemar berat mereka.
Tapi apa boleh buat, Tragedi Kanjuruhan mengubah segalanya. Mudah-mudahan, peristiwa mau itu sebagai penanda. Bahwa, fanatisme berlebih bisa merugikan semuanya.
Termasuk sepak bola yang seharusnya dinikmati dengan keluarga dan sebagai hiburan murah rakyat Indonesia.
Mudah-mudahan, Tragedi Kanjuran menjadi cermin bahwa, kecintaan terhadap tim kesayangan haruslah sewajarnya saja. Jangan jadikan fanatisme sebagai pembenar anarki yang akhirnya merenggut ratusan jiwa.
Cukup, tragedi Kanjuruhan saja. Jangan ada lagi tragedi serupa. Bravo Persebaya. Bravo Arema. Bravo sepak bola Indonesia. Semoga. (*)