Oleh : Choirul Shodiq
Dua tahun terakhir ini, ketika ke Madinah, saya selalu menyempatkan melihat tempat Suksesi Pertama, zaman setelah Rasulullah wafat.
Lokasi yang dikenal dengan nama Saqifah Bani Saidah ini berada sekitar 500 meter dari rumah Baginda Nabi. Dekat pintu masuk Babussalam Masjid Madinah.
Secara kebutulan saya tertarik, karena momennya pas. Saat menengok tahun lalu, Indonesia akan melaksanakan Pemilu, dan yang kemarin usai coblosan Pemilu.
Bukan karena apa apa.
Hanya saya kait kaitkan saja dalam tulisan ini, supaya ada hubungannya dengan peristiwa di Indonesia.
Seperti pesan Abah Dahlan. Sebuah tulisan secara jurnalistik akan menarik, jika ada 'pek' atau 'magnitudenya'.
Padahal, tahun tahun sebelumnya, satu di antara tempat bersejarah yang sering dikunjungi jamaah itu, lepas dari perhatian saya.
Begitu akan ada Pemilu, saya menjadi tertarik untuk menulis tempat tersebut.
Tak ubahnya dengan tempat dan bangunan yang lain, lokasi ini pun juga terancam kena pugar.
Padahal, setahun yang lalu, ketika saya bersama rombongan Memorandum mengunjungi tempat tersebu, bangunannya masih utuh.
Dahlan Iskan dan Choirul Shodiq--Di dalamnya ada beberapa batang pohon kurma, dan beberapa jenis tumbuh tumbuhan lainnya. Sehingga tempat tersebut begitu rindang oleh pepohonan, dan terasa sejuk untuk berteduh.
Meski tidak seorang pun bisa masuk, karena kawasan yang luasnya sekitar 50 x 20 meter itu (maaf jika kurang akurat, karena saya tidak membawa meteran) dikelilingi oleh pagar besi dan tembok.
Sekarang, pohon pohon kurma di dalamnya sudah ditebang dan hanya menyisakan satu batang pohon. Kawasannya kini sudah diratakan, dan tertutup pagar seng proyek.
Bangunan besejarah itu nantinya akan berubah bentuk. Entah untuk apa. Sampai tulisan ini saya turunkan, saya masih belum dapat konfirmasi.
BACA JUGA:Catatan Bersama Dahlan Iskan ke Tanah Suci (1) - Tempat Suksesi
Kemarin, bersama Mas Bajuri, direktur Bakkah, saya sempatkan melihat untuk kedua kalinya. Tempat pembaitan, sahabat Nabi Abu Bakar As Siddiq masih dikunjungi jamaah. Meski tempat tersebut sudah tertutup rapat dengan seng proyek.
Tentunya pembaca sudah banyak yang paham. Dalam buku buku tarekh, atau lewat penelitian ilmuan lainnya, untuk menentukan pengganti kepemimpinan itu, meiewati proses yang berbelit.
Karena ada dua golongan umat islam saat itu, saling punya keinginan untuk mencalonkan kelompoknya.
Dua golongan itu antara kelompok Muhajirin (warga pendatang dari Makkah) dan kelompok Ansor (golongan penduduk asli Madinah) yang saling berebut mengunggulkan calonnya masing masing.
Mereka berbicara tentang kopentensi. Siapa yang layak jadi pemimpin umat Islam (amirul mu'minin) setelah Nabi wafat.
Apakah dari kalangan Ansor, atau dari kalangan Muhajirin.
Bagaimana prosesnya berlangsung. Silakan mengikuti catatan berikutnya besok.
(Bersambung)