"Biasanya selalu ada plus dan minusnya," katanya.
Yang jelas, kata Surokim, panggung debat Indonesia belum sepenuhnya bisa menerima model argumen negatif dan serangan ala-ala strike atau menyerang. Apalagi cenderung personal.
"Karena budaya politik kita didominasi budaya jawa yang kuat memegang teguh aspek mikul duwur mendem jeru," tuntasnya. (bin)