Moh Nizar Zahroh
Bangkalan, Memorandum.co.id - Partai Gerindra dan khususnya warga Madura di empat kabupaten, berduka. Salah satu kader dan putra terbaik, H Moh Nizar Zahroh, meninggal dunia akibat serangan jantung, Minggu (19/1) malam.
Kabar ini mengejutkan banyak pihak. Apalagi dua hari sebelum wafat, mantan anggota DPR RI periode 2014-2019 kelahiran Desa Pesangrahan, Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan itu, masih terlihat segar bugar. “Makanya, kabar meninggalnya beliau benar-benar mengejutkan seluruh pejabat dan anggota DPRD Kabupaten Bangkalan. Terutama rekan satu partai almarhum,” kata Ketua Komisi A DPRD Bangkalan, Mujiburrahman, Senin (20/1).
Mujib panggilan akrabnya, mengungkap aktivitas terakhir almarhum yang dia ketahui dua hari sebelumnya mendampingi kunjungan Sandiaga Salahudin Uno ke Kabupaten Pamekasan. Karenanya, begitu mendengar kabar Nizar Zahro meninggal, sontak dia tertegun. “Padahal beliau masih fit ketika ketika aktivitas terakhir di Madura,” ucapnya.
Nizar Zahro meninggal di rumahnya di kawasan Sidotopo Surabaya. Putri sulung almarhum, Sinta yang mengetahui pertama kali ketika hendak membangunkan untuk salat asar. Semasa hidupnya, Nizar Zahro dikenal sebagai politikus yang hiperaktif. Selain berprofesi sebagai Kades Pesangrahan, tokoh kelahiran 18 Agustus 1974 itu, dikenal sebagai praktisi dunia pendidikan, pegiat ekonomi kerakyatan, serta aktif di berbagai organisasi kepemudaan. Dia juga amat peduli terhadap pembangunan di Kabupaten Bangkalan. Terutama di daerah kelahirannya Kecamatan Kwanyar. Beberapa generasi muda terbaik bahkan tidak segan disekolahkan Nizar Zahro hingga S2.
”Pokoknya, semasa hidupnya, beliau itu dikenal sebagai figur tokoh serba bisa. Yaahh...Kabupaten Bangkalan memang berduka karena kehilangan salah satu putra terbaiknya,” papar Kepala Dinas Kominfo Bangkalan Dr Agus Zein Sugiyanto SPd MM.
Nizar Zahro dimakamkan di tanah kelahirannya di Desa Pesangrahan. Tepatnya di komplek makam Sunan Cendana, karena memang masih punya garis trah dari sunan penyebar agama Islam di pesisir selatan Bangkalan. Almarhum meninggalkan seorang istri dan tiga putri. (ras/epe)