Direnggut Maut Bersama Bayi dalam Rahimnya
Nitha adalah sosok yang relatif baru dikenal tapi amat baik. Lewat jalan yang tidak wajar, lagi. Jalan yang bisa menimbulkan syak wasangka bagi siapa pun yang mendengar kisahnya.
“Suasananya mirip pesta yang digelar selebriti,” kata keponakan Memorandum yang ikut dalam helat acara itu sekitar tiga tahun lalu, beberapa saat sebelum epidemi Covid-19.
Semua menu makanan ada. Mau yang omurice? Atau french toast? Atau aglio olio pasta? Atau tteokbokki, ramen, sushi, chicken cordon bleu, lasagna, pizza, beef steak, roti prata? Semua ada. Bahkan yang tidak ditulis di sini.
“Teman-teman khusus diundang Mbak Nitha untuk hadir pada acara ini,” tambah dia. Senyum solidaritas berkembang di bibirnya.
Acara mencapai puncak menjelang pukul 24.00. Nitha berdiri di atas panggung kecil dekat panggung hiburan. Janda yang suaminya meninggal karena kecelakaan di Kanada ini mengaku ingin mengucapkan sesuatu kepada Yudis.
Konsultan di beberapa perusahaan asing lulusan S3 University of Wisconson-Madison ini kemudian memanggil Yudis untuk naik dan berdiri di panggung kecil.
“Maaf. Ini memang tidak wajar. Terutama bagi orang Timur seperti kita-kita ini. Walau begitu, izinkan aku untuk melanggarnya,” kata Nitha. Suasana yang tadinya hingar langsung clep. Sepi.
“Hari ini aku akan melamar Yudis untuk menjadi suamiku,” sambung Nitha.
Suasana yang sepi mendadak berubah seperti suara lebah. Berdengung.
“Yud, bersediakah kamu menjadi suamiku? Imamku?” kata Nitha sambil meraih tangan kanan Yudis untuk dicium.
Bersamaan dengan itu muncul ibunda dan kakak dan ipar Yudis.
“Semua tinggal kenangan, Om. Nitha sudah pergi bersama bayi yang belum sempat dia lahirkan. Doakan saja mereka bersama-sama bahagia di sisi Allah di surga sana,” kata Yudis.
Ya. Nitha dan bakal anak yang berada di rahimnya direnggut maut dalam kecelakaan di tol Surabaya-Solo di ruas Ngawi saat mereka bersama Yudis pulang Kampung hendak ke Magetan. (jos, habis)