Sementara itu Kuasa Hukum terdakwa Budi Sampurno mengatakan bahwa benar dari keluarganya berbicara kalau terdakwa mengalami sakit bipolar sudah 14 tahun.
"Memang hidupnya setiap hari dirumah jarang keluar. Kalau keluar terdakwa merasa ketakutan, kecemasan. Terus tiba-tiba ia kenal sabu, waktu itu menurutnya enak, lebih dari obat-obatan yang diberukan dokter. Padahal menurut media justru lebih berbahaya," kata Budi.
Menggunakan sabu, terdakwa merasa lebih enak dan instan. Begitu pakai sabu dia langsung tenang, ceria. "Tapi kalau memakai obat-obatan ada proses setelah memakai obat selama seminggi atau lebih baru terasa," lanjutnya
Sebelumnya, Saksi Ahli dari Rutan Medaeng Dr M Arifin mengatakan terdakwa ini ketergantungan narkotika. Nah kalau tidak mengkonsumsi sabu dengan efeknya badan lemas, mengeluh dan cemas. Dari pengakuan terdakwa sudah pakai sabu hampir 2 Tahun. Sehingga terdakwa langsung pesan sabu sebanyak 5 gram untuk dua bulan.
Tujuannya mengatasi kecemasan dalam dirinya sendiri. "Alasan memakai sabu kata pelaku bahwa sebagai obat kecemasan dan bipolar. Jadi selama dia (terdakwa) memakai sabu beliau tidak berobat ke dokter spesialis jiwa," ucapnya.
Lebih lanjut, pihaknya untuk mengatasi ketergantungan dari narkotika dan ingin benar-benar sehat, itu harus direhab dan dilakukan detoksifikasi. "Terdakwa harus direhabilitasi agar sembuh dan untuk menghilangkan racun yang ada di dalam tubuhnya," tuturnya. (rid)