Belum Siap Bertemu karena Masih Ada Yang Disembunyikan
Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya
Untung Waskito segera menyadari kesalahan dirinya. Kesadaran tersebut mampu membuat semangat belajarnya bangkit. Nanti, setelah lulus, dia berniat menemui Tutik. Dengan segala kekurangan dan kejujuran. Apa pun penerimaan Tutik, dia serahkan hasilnya kepada Allah.
Alhamdulillah Waskito lulus dengan nilai rata-rata memuaskan. Tujuh koma sembilan. Dia mendaftarkan diri di perguruan tinggi negeri Jogjakarta. Di sela waktunya, dia mampir ke rumah sahabat pena yang melekat di hati: Tutik.
Waskito ingin memberikan surprise. Dia mendatangi rumah Tutik pagi-pagi sekali. Pukul 06.30. Di luar pagar rumah yang dituju, Waskito melihat sesosok gadis menyirami kembang. Wajahnya sangat dia kenal.
Waskito yang duduk di kursi roda mengucapkan salam. Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. Tidak ada jawaban. Diulangi, masih belum dapat respons.
Baru pada ucapan salam yang ketiga, gadis itu menoleh. Dia menempelkan sesuatu di telinga. Mulutnya komat-kamit sambil matanya memandang lekat-lekat wajah Waskito.
Sejenak kemudian Tutik balik badan dan berlari masuk rumah. Waskito bingung. Tidak tahu apa yang harus diperbuat. Setelah berpikir sejenak, dia kemudian mendekati pintu dan mengetuk. Yang membukakan bukan Tutik, melainkan perempuan paruh baya.
“Ya, ada yang bisa saya bantu?” tanya perempuan tersebut setelah menjawab salam Waskito.
Waskito menjelaskan bahwa dia adalah sahabat pena Tutik dan ingin bertemu. Mendengar itu, perempuan tadi berkata bahwa anaknya sedang shock berat dan belum bisa menemuinya sekarang.
Waskito lantas pulang. Tentu dengan hati kecewa. Hancur. Dia menjadi ragu untuk berkirim surat. Hampir dua bulan berlalu, Pak Pos berteriak lantang di depan rumah, “Surat!”
Ternyata dari Tutik. Isinya permintaan maaf karena pagi itu kaget dan belum siap menerima kehadiran Waskito. Setelah itu terjadilah tanya-jawab via surat. Waskito bertanya apakah kekagetan Tutik dikarenakan melihat dirinya yang ternyata cacat?
Tutik menjawab tidak. Sudah lama Tutik mengaku mengetahui Waskito cacat dari foto-foto yang dikirim pemuda itu.
Tutik yang gemar fotografi mengetahui ada yang aneh dan janggal pada foto-foto sahabat penanya itu. Dia lantas mengoreksi foto-foto tadi dan menemukan fakta sebenarnya tentang kondisi Waskito.
Tutik memang kaget dan sedikit kecewa. Tapi bukan karena kecacatan Waskito, melainkan karena ketidakjujuran mereka. Ketidakjujuran pemuda yang selalu mengisi mimpi-mimpinya itu. Juga, ketidakjujuran dirinya sendiri yang tidak lebih baik dari sahabatnya itu. Tutik juga kaget karena kedatangan Waskito yang teramat sangat tiba-tiba. (bersambung)