Selain gambar. Novan juga mengoleksi video dan klip-klip pendek wanita-wanita dari berbagai bangsa dan berbagai usia. Novan mengaku puas, yang tidak bisa tergantikan berhubungan dengan Lili yang semakin lemah.
Suatu saat Memorandum iseng bertanya, “Apa Mas Novan nggak takut dosa?”
“Masa swalayan dosa? Kan tidak berhubungan dengan perempuan beneran?”
“Dosa, Mas Novan. Minimal dosa mata.”
Kami yang saat itu cangkruk ngopi di sebuah warung kawasan Karangpilang lantas didera sepi. Masing-masing sepertinya terbawa arus bayangannya sendiri. “Mas Novan juga selalu menuruti hawa nafsu. Di sini dosanya.”
Memorandum yang sudah beberapa kali bertemu Novan—karena ternyata dia teman adik kandung Memorandum—menambahkan bahwa Novan juga dosa karena menyakiti hati Lili.
“Mas Novan salat?” tanya Memorandum.
Novan tidak menjawab. Dia malah mempermainkan kopi yang ada di lepek di depannya. Matanya sayu menatap wajah Memorandum yang lama mengarah ke wajahnya.
“Saya nggak pernah salat Bang. Lili juga. Di keluarga kami tidak ada yang salat. Sejak kecil saya tidak pernah diajari salat,” akunya.
Novan mengaku di keluarganya tidak pernah ada yang berbicara tentang salat dan aturan-aturan agama. Makanya saya kaget ketika Mas Jos bertanya soal salat di tengah pembicaraan tentang swalayan.
“Kami selama ini sangat jauh dari agama Bang.”
“Semua diatur dalam agama, Novan.”
Sejak itu kami belum pernah bertemu. Novan yang tinggal di kawasan Pagesangan tidak pernah bisa dihubungi. HP-nya selalu tidak aktif. Memorandum yang sempat dekat dengan keluarga Novan-Lili mencoba menghubungi Lili.
“Kak Novan sudah tiga bulan ini tinggal di pondok sepupunya di Kediri. Pulang sebulan sekali. HP-nya ditinggal di rumah.” (jos, habis)