BMKG Minta Warga Surabaya Waspadai Angin Downburst

Sabtu 14-12-2019,10:01 WIB
Reporter : Syaifuddin
Editor : Syaifuddin

Surabaya, memorandum.co.id  - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tanjung Perak mengimbau untuk mewaspadai potensi fenomena yang terjadi saat musim pancaroba.[penci_ads id="penci_ads_4"] Kepala Kelompok Forecaster Stasiun Meteorologi Tanjung Perak Perak Surabaya, Ari Widjajanto mengatakan, angin tersebut bisa saja terjadi tiba-tiba karena peralihan musim dari panas ke penghujan. “Kini sudah memasuki masa pancaroba, peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Pada musim peralihan ini biasanya cuaca ekstrem mudah terbentuk.Jadi pertumbuhan awan-awan hujan cepat terbentuk yang menjadikan hujannya sporadis. Ini mengakibatkan hujan itu cenderung lebih lebat dengan disertai angin,”kata dia. Angin tersebut lanjut Ari, ada dua macam sebelum turun hujan, yakni puting beliung dan downburst atau angin hempasan dari  awan kumulonimbus (Cb).Angin tersebut sama membahayakan dengan angin puting beliung."Angin ini cukup membahayakan seperti halnya angin puting beliung yang sama-sama bersifat merusak, tapi memiliki karakter  berbeda," ungkap dia.[penci_related_posts dis_pview="no" dis_pdate="no" title="baca juga" background="" border="" thumbright="no" number="4" style="list" align="left" withids="" displayby="tag" orderby="rand"] Lebih jauh, Ari mengungkapkan, angin tersebut bisa terjadi kapan saja, saat terbentuknya awan kumulonimbus. "Inilah yang disebut angin downburst atau angin hempasan dari awan kumulonimbus tersebut. Masyarakat diimbau lebih menjaga kewaspadaan karena angin ini sebenarnya lebih sering terjadi sebelum hujan turun, walau dengan kekuatan angin yang berbeda. Khususnya, di masa peralihan dengan hujan yang bersifat sporadis,"ungkap dia. Angin hempasan, dijelaskan Ari, mudah terjadi pada masa pancaroba karena pembentukannya lebih cepat dan sebaliknya angin hempasan terjadi secara singkat. “Kemungkinan kejadiannya tidak lebih dari lima menit. Angin hemnpasan ini terjadi searah angin. Secara teknis itu terjadi karena peralihan musim panas menjadi dingin, sehingga tidak siap menerima perubahan cuaca tersebut,” tegas dia. Perlu diketahui, dibanding angin puting beliung, angin hempasan ini terjadi lebih sering.“Kalau puting beliung itu ditandai dengan putaran angin. Puting beliung ini terjadi karena proses penyedotan uap. Ini untuk proses pembentukan awan agar matang untuk terjadinya hujan,” imbuh dia. Menurut Ari, angin hempasan tersebut bisa terjadi di mana saja. “Jadi bukan hanya di Surabaya wilayah pesisir saja. Di mana awan kumulonimbus terbentuk, potensi angin hempasan bisa terjadi tiba-tiba. Untuk itu, masyarakat harus waspada terhadap adanya awan kumulonimbus (bentuknya seperti bunga kol) yang tiba-tiba berubah warna menjadi hitam. Jika melihat kondisi itu masyarakat harus waspada,” papar Ari. Untuk itu, lanjut dia, masyarakat harus lebih waspada terkait fenomena angin kencang yang terjadi di Kota Pahlawan tersebut cukup berbahaya. BMKG juga mengimbau untuk memperhatikan lingkungan masing-masing.“Jadi kalau ada pohon yang mengkhawatirkan bisa dilakukan perantingan, pemangkasan, dan lain-lain,” pungkas dia. (alf/dhi)

Tags :
Kategori :

Terkait