Pemaaf

Kamis 30-03-2023,18:15 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Oleh : drh. Puguh Wiji Pamungkas, MM Presiden Nusantara Gilang Gemilang Founder RSU Wajak Husada Kalau kita perdalam tentang akhlak Rasulullah SAW sebagai seorang pemimpin memang sangat luar biasa dan sangat layak dijadikan rujukan dan teladan. Bahkan dari beberapa literatur banyak ilmuwan kekinian yang menjadikan beliau sebagai model dalam segala hal termasuk cara Sang Nabi dan potretnya sebagai seorang leader. Sebut saja para jajaran penentang beliau ini seperti Abu Sufyan, Abu Sufyan ini kurang apa?, dia adalah saudara sepersusuan Rasulullah, beliau ini sepupu Rasulullah, saudara dekat sekali. Tapi sedari awal risalah kenabian itu turun ke Nabi Muhammad SAW, maka sejak saat itu pula Abu Sufyan habis-habisan menentang dan memusuhi Rasulullah. Perang badar, perang uhud, perang khandaq dan sederet embargo serta pengucilan terhadap Rasulullah, Abu Sufyan-lah aktor utama penentangnya, dialah orang nomor satu yang melakukan perlawanan. Tapi yang menarik adalah bagaimana sikap Rasulullah terhadap Abu Sufyan ini. Bukan balasan untuk membunuh, bukan pula keinginan untuk menghabisi, akan tetapi upaya untuk merangkul, memahamkan dan mengajak kepada ajaran yang lurus dan suci-lah yang dilakukan oleh Beliau sang Nabi Muhammad SAW. Singkat cerita, pasca terjadinya perjanjian gencatan senjata Hudaibiyah dan sebelum terjadinya Fathu Mekkah, Abu Sufyan ini memutuskan untuk ber-Islam, dan benar saja sebagaimana insting leadership Rasulullah, Abu Sufyan ini justru menjadi orang yang menunjukan "Peak Performance"nya dalam membela Islam. Ada sebuah ungkapan dari mantan Presiden Amerika Serikat ke-6 John Quincy Adams bahwa "If Your action inspire others, to dream more, learn more, do more and become more you are a Leader". “Pemaaf” adalah kata yang tepat untuk disematkan pada keteladanan yang diberikan oleh Rasulullah SAW, dan Ramadan yang mulia ini merupakan salah satu cara Allah SWT memberikan pelajaran kepada kita semua untuk mengaktualisasikan eksistensi dan kualitas keimanan kita dengan memiliki akhlak pemaaf, sebagaimana Sang Nabi yang atas akhlaknya itu justru mampu menjadikan Abu Sufyan beriman kepada Allah SWT. (*)  

Tags :
Kategori :

Terkait