Oleh : Dr. Mia Amiati, SH, MH*)
Pada tanggal 31 Desember 2022, Pemerintah secara resmi memberhentikan seluruh Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), sehingga tidak ada lagi ruang gerak terbatas bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas. Di sisi lain, pandemi Covid-19 juga belum berakhir. Untuk itu, meskipun PPKM statusnya dicabut, namun Pemerintah menekankan pentingnya kelanjutan vaksinasi untuk meningkatkan kekebalan imunitas di masyarakat.
Meskipun Kebijakan PPKM telah dicabut, namun seluruh masyarakat dan komponen bangsa, sebagaimana disampaikan oleh Presiden Jokowi pada tanggal 30 Desember 2022 lalu di Istana Negara Jakarta, tetap diminta hati-hati dan waspada. Kesadaran vaksinasi harus terus digalakkan karena ini akan membantu meningkatkan imunitas, dan masyarakat harus semakin mandiri dalam mencegah penularan, mendeteksi gejala dan mencari pengobatan.
Membaca buku Mengenal COVID-19 yang menjelaskan faktor-faktor seperti ledakan penduduk, kemiskinan, dan gangguan ekosistem berimplikasi kepada masalah yang kita hadapi pada masa Pandemi Covid-19. Sebelum munculnya Pandemi Covid-19, sejarah mencatat banyak wabah penyakit yang merenggut nyawa, seperti the black death di Eropa, Spanish Flu yang juga merambah ke bumi Nusantara pada awal abad kedua puluh. Belakangan wabah SARS dan MERS dari Arab Saudi yang kesemuanya telah menjadi kekhawatiran yang mendalam bagi umat manusia karena seluruh aktivitas manusia menjadi terganggu. Ketika muncul wabah Covid-19 yang bergerak drastis menjadi Pandemi Covid -19 berbagai kepanikan terjadi karena Pandemi COVID-19 merenggut nyawa sekian banyak orang tanpa pandang bulu, Ada guru di berbagai tingkatan sekolah bahkan ada guru besar dalam berbagai disiplin ilmu, tidak sedikit alim ulama, mubaligh, tokoh agama, pegawai negeri, pemuda dan aktivis kemanusiaan meninggal akibat kasus COVID-19.
Pada saat terjadinya Pandemi Covid-19, kasus harian COVID-19 di Indonesia pernah mencapai angka tertinggi dengan pertambahan 47.899 orang dalam satu hari sehingga terjadi kedaruratan kesehatan akibat COVID-19 yang mempengaruhi berbagai sektor kehidupan publik. Situasi pandemi menyebabkan banyak warga kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Situasi COVID-19 mempengaruhi sistem pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi serta membatasi keakraban sosial di masyarakat dan juga membatasi ruang gerak ummat untuk beribadah.
Selama pandemi COVID-19 institusi pemerintah termasuk TNI/Polri, Jaksa, para tenaga medis, pakar sains, organisasi keagamaan, organisasi filantropi dan media massa mengerahkan segala daya, sarana, anggaran dan pemikiran untuk mengatasi pandemi, membantu masyarakat yang terdampak pandemi dan mengedukasi publik dengan informasi yang relevan. Para ulama melalui Majelis Ulama Indonesia dan ormas-ormas Islam lainnya melakukan ijtihad hukum mengenai pelaksanaan ibadah sesuai protokol kesehatan selama masa pandemi.
Alhmdulillah, saat ini Indonesia sedang menuju pemulihan pasca Pandemi Covid-19. Pertaynaannya, apakah kita semua bisa belajar dan mengambil hikmah dari setiap musibah yang terjadi. Pandemi COVID-19 muncul dan lenyap mengikuti Sunnatullah. Pandangan keagamaan mengajarkan bahwa tidak ada musibah yang menimpa manusia, kecuali dengan izin Allah. Dan tidak pula ada musibah atau bencana yang berlangsung secara terus-menerus.
Dalam segala peristiwa, Al-Quran mengingatkan, “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah, lalu (Allah) menjadikan mereka lupa terhadap diri sendiri. Itulah orang-orang yang fasik.” (Surat Al Hasyr ayat 19).
Mencermati ayat 19 surat Al-Hasyr tersebut di atas, pengalaman menghadapi Pandemi Covid-19 diharapkan menjadikan bangsa Indonesia yang lebih tangguh, rukun, harmonis dan bersatu. Cerita dan nestapa pandemi COVID-19 biarlah menjadi sejarah bagi generasi yang akan datang. Pendemi COVID-19 memberi hikmah pembelajaran dalam menyongsong hari esok yang lebih baik, dengan kekuatan iman, ilmu dan amal.
Memasuki Bulan Suci Ramadan di Tahun 2023 saat ini, seluruh Ummat Islam di bumi Indonesia menyambut dengan gembira karena sudah tidak ada lagi pembatasan dalam menjalankan aktivitas Ibadahnya. Di Bulan Suci Ramadan, setiap umat Islam wajib menjalankan ibadah puasa, sebagaimana tercantum di dalam Al-quran Surat Al-Baqarah ayat 183 : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan bukan hanya sekadar menahan haus dan lapar yang terutama adalah bagaimana kita dapat meningkatkan kualitas diri serta keimanan kita dan masih banyak hikmah puasa di Bulan Suci Ramadan yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :
- Penyucian Jiwa
Berpuasa di Bulan Suci Ramadan mengandung banyak hikmah, diantaranya memberi pelajaran bagi manusia untuk melatih diri (riyadhah nafs) dan penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs). Sehingga puasa bukanlah sekadar rutinitas belaka, melainkan bermakna secara spiritual, psikologis, serta humanis-sosialis, bagaimana kita bisa belajar untuk membentengi diri kita sendiri dengan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Salah satu hadis meriwayat kan bahwa “Puasa adalah sebagai perisai (dari kemaksiatan serta dari neraka). Maka dari itu, apabila pada hari seseorang diantara engkau semua itu berpuasa, janganlah ia bercakap-cakap yang kotor dan jangan pula bertengkar. Apabila ia dimaki-maki oleh seorang atau dilawan dengan bermusuhan, maka hendaklah ia berkata: "Sesungguhnya saya adalah (sedang) berpuasa.
2. Muroqabatullah
Muroqabatullah artinya selalu merasa diawasi Allah. Memang benar adanya, seseorang bisa saja mengaku berpuasa, tapi hanya Allah yang tahu kebenarannya. Melakukan tindakan tercela selama berpuasa sepatutnya tidak dikerjakan apabila seseorang selalu menanamkan paham muroqabatullah. Sifat ini juga dapat membuat seseorang mempunyai imunitas (daya tahan) pada jiwa dan batinnya, tahan akan godaan dan senantiasa merasakan ketenangan.
3. Meredam Syahwat
Hikmah puasa ramadan yang paling umum diketahui mukmin adalah meredam syahwat termasuk hawa nafsu. Sebagaimana hadis riwayat Al-Bukhari, dari Abdurrahman bin Yazid ia berkata, “Aku bersama ‘Alqamah dan Aswad menemui Abdullah (bin Mas’ud), lalu Abdullah berkata, “Kami ketika masih muda pernah bersama dengan Nabi SAW lalu beliau bersabda kepada kami,
“Wahai golongan pemuda, siapa yang mampu menikah, maka menikahlah, karena sungguh hal itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjaga kemaluan, dan siapa yang tidak mampu (menikah) maka hendaklah ia berpuasa, karena itulah pengendali baginya.”
4. Membentuk Kesabaran
Hikmah puasa adalah mendidik orang untuk memiliki sifat sabar. Jika puasa tersebut dilakukan sebaik-baiknya, maka akan timbul dalam diri seseorang sifat sabar, karena dalam berpuasa seseorang akan dilatih untuk bisa menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan puasa, termasuk menahan amarah.
5. Menyehatkan Badan
Hikmah puasa pun dapat menyehatkan badan. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Berpuasalah agar kamu sehat." Oleh karenanya, hikmah yang terkandung dalam puasa bukan hanya berguna untuk menyehatkan jiwa belaka, melainkan juga dapat menyehatkan badan.
6. Membentuk Sikap Disiplin
Puasa juga mampu membentuk sikap disiplin terhadap seseorang. Bagaimana tidak, aturan tidak makan dan minum sebelum adzan Maghrib tentu akan membentuk kedisplinan secara perlahan. Tak hanya itu, jam makan sahur yang sebaiknya dituntaskan sebelum imsak juga akan membuat seseorang lebih tepat waktu.
7. Menciptakan Kepedulian Sosial
Menjalankan ibadah puasa di Bulan Suci Ramadan sepatutnya dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap sekitar. Hikmah puasa yang satu ini umumnya juga dimaknai dengan merasakan apa yang dirasakan orang miskin dan kelaparan di luar sana.
8. Meningkatkan Taqwa
Islam adalah agama yang mengajarkan kelapangan. dimana seluruh ajaran agama, baik dalam bentuk perintah maupun larangan, tidak pernah dirancang untuk menyulitkan manusia. Al-Qur’an di dalam surat Al-Taghabun ayat ke 16 menegaskan :
“Maka bertakwallah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung,”
Dengan menjalankan inadah puasa di Bulan Suci Ramadan dapat meningkatkan derajat orang mukmin menjadi orang yang bertaqwa. Sebab orang yang bertaqwa itu adalah orang yang paling mulia di sisi Allah SWT, sesuai firman Allah SWT yang tertuang di dalam Surat Al-Hujurat ayat 13 : "Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah SWT adalah yang paling taqwa di antara kamu."
9. Pelindung dari Perbuatan Buruk
Puasa merupakan pelindung diri dari perbuatan keji dan munkar. Sebagaimana sabda Nabi SAW, "Puasa itu perisai (pelindung diri) yang membentengi dari sentuhan api neraka." (HR Ahmad, Muslim dan Al-Baihaqi).
10. Menjaga Qana’ah
Hikmah puasa lainnya adalah mampu menjaga sifat qana’ah pada diri seorang muslim. Qana’ah artinya selalu merasa bersyukur dan ridha atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Contoh sederhana sikap qana’ah yang mungkin terasa saat berpuasa adalah ketika berbuka, dan menyadari bahwa hanya dengan meminum segelas air saja sudah merupakan nikmat luar biasa.
Bagaimana kita semua yang menjalankan ibadah puasa di Bulan Suci Ramadan dapat merasakan begitu banyak hikmah, tentu tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar namun ketika sedang menjalankan ibadah puasa, alangkah baiknya menghabiskan waktu untuk mengerjakan hal-hal positif yang dapat menciptakan kebaikan dan kebahagiaan dunia serta akhirat.
*) Penulis adalah Praktisi Hukum