Surabaya, memorandum.co.id - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya berhasil menemukan material komposit sebagai pengganti logam. Melalui tugas akhirnya, mahasiswa Teknik Mesin, Mochammad Darisunajiha, memanfaatkan limbah tempurung kelapa dan polipropilen yang didapat dari limbah plastik, kemasan botol air mineral, dan sampah plastik bening. Daris mengatakan, berangkat dari permasalahan limbah tempurung kelapa yang hanya dimanfaatkan sebagai pengganti kayu bakar, bahan obat nyamuk, dan berbagai aksesoris kerajinan, untuk itu dirinya menggali literatur pemanfaatan tempurung kelapa sebagai material komposit alternatif pengganti logam. “Minimnya pemanfaatan tempurung kelapa mendorong saya untuk mengembangkan penelitian tersebut. Terlebih pada tahun 2021 saja jumlah produktivitas pohon kelapa mencapai 2.777.530 ton,” kata Daris saat diwawancarai, Jumat (24/2). Daris melakukan penelitian sejak September 2022. Dia dibimbing oleh Dosen Teknik Mesin Dr I Made Kastiawan ST MT. Selama beberapa bulan, Daris akhirnya berhasil menemukan material alternatif masa depan yang memiliki kualitas dan kekuatan seperti logam. “Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa dari pengolahan limbah tempurung kelapa yang dicampur dengan limbah plastik, akan menghasilkan ukuran partikel 200-250 mesh fraksi berat 11,5 persen dengan nilai rata-rata tegangan tarik tertinggi sebesar 19,80 Mpa serta memiliki nilai rata-rata energi yang diserap 0,97 joule atau setara dengan kekuatan timah,” papar mahasiswa asal Tulungagung itu. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Daris mengatakan nantinya material komposit ini bisa dimanfaatkan oleh sektor otomotif hingga rumah tangga. “Material komposit hasil eksperimen saya ini nantinya bisa dikembangkan lebih jauh sebagai bahan pelapis baja yang digunakan untuk sepeda, kendaraan, atau peralatan rumah tangga, mengingat material ini ringan dan tahan korosi,” kata alumni SMKN 3 Tulungagung ini. Daris menyebutkan, pemanfaatan limbah tempurung kelapa temuannya tidak membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar, sehingga lebih efisien, ekonomis, dan ramah lingkungan. “Proses pengolahannya cukup mudah dengan memanfaatkan mesin ayak berbasis gelombang air buatan. Tempurung kelapa yang sudah menjadi serbuk diayak sesuai ukuran partikel yang telah ditentukan.” “Kemudian serbuk tempurung kelapa akan direndam lagi di air hangat pada suhu 80 derajat celcius, lalu dioven selama 45 menit dengan suhu 110 derajat celcius dan dimasukkan ke dalam wadah,” sambung anak pertama dari dua bersaudara ini. Selain itu, lanjut Daris, bahan baku tempurung kelapa ini bisa dibeli dengan harga yang ekonomis sekitar Rp20ribu untuk satu karung. Dengan adanya penelitian ini, Daris yang juga calon wisudawan Untag Surabaya periode gasal 2022/2023 berharap, tugas akhirnya tentang ‘Dampak Ukuran Partikel dan Fraksi Berat Terhadap Kekuatan Material Komposit Polipropilen Berpenguat Serbuk Tempurung Kelapa’ dapat mengoptimalkan limbah tempurung kelapa yang melimpah serta meningkatkan ketersediaan material yang renewable dan ramah lingkungan. (bin)
Mahasiswa Untag Surabaya Temukan Material Komposit dari Tempurung Kelapa
Jumat 24-02-2023,10:35 WIB
Editor : Aziz Manna Memorandum
Kategori :