Surabaya, Memorandum.co.id - Penangkapan belasan remaja oleh Polsek Sukolilo beberapa waktu menyisahkan duka terhadap salah satu keluarga pelaku. Meski bebas dengan dikenakan wajib lapor, ada kabar empat pelaku sempat mendapat perawatan medis akibat luka tembak. Empat remaja yang tertembak itu berasal dari Kota Surabaya, Tuban dan Lamongan. Hal itu dibenarkan Kapolrestabes Surabaya Kombespol Akhmad Yusep Gunawan pada acara Diskusi Panel yang diselenggarakan Polrestabes Surabaya pada Rabu, (14/12). "Saat itu ditembakan tembakan pantul, dan mengenai 4 pelaku. Dan tembakan pantul itu dilakukan 4 petugas yang saat itu hadir di lapangan, melawan 120 orang. Baru mereka membubarkan diri," kata Yusep. Yusep menyebut, tindakan tegas terukur itu dilakukan guna efek jera. Namun, Yusep menegaskan jika tak ada anak-anak yang menjadi sasaran tembak saat itu. Mantan Dirreskrimsus Polda Jatim itu menyebut jika keempat pelaku sudah dewasa. "Anak-anak gaada, remaja," pungkas Yusep. Ditemui di kediamannya kawasan Surabaya Timur, NR, salah satu pelaku tak menampik jika ia mendapatkan luka tembak saat itu. Pelajar aktif salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berusia 17 tahun itu juga baru diperbolehkan pulang usai satu pekan menjalani perawatan di RSU Dr Soetomo. "Waktu itu memang saya ada di lokasi (Keputih, red) namun tidak ikut menyerang warung. Karena gerombolan saya ada di depan. Bukan di warung itu," kata NR. NR memaparkan, usai proses penyerangan warung oleh kelompok lain, NR dan teman-temannya lantas bergeser ke Jalan Perum ITS. Di depan gerbang, ia sempat ditanya satpam, hendak kemana. "Saya jawab mau numpang lewat," terang NR. "Lalu dibukakan pagar sama satpamnya. Kami masuk lah ke jalan kampus ITS tersebut," imbuh NR sembari merintih sakit akibat luka di bagian perut itu. Setelah masuk, ternyata ada anggota dari kepolisian telah bersiap menghadang pergerakan mereka. NR bersama puluhan lain saat itu sempat mendengar dua kali suara tembakan. Mereka pun berbalik arah. Sayang, pintu portal telah ditutup. Di ujung, sudah terdapat sejumlah petugas kepolisian yang juga ikut menjaga gerbang yang pertama kali dimasuki. "Tak lama dari dua kali suara tembakan itu, saya dengar sendiri teriakan teman saya jika di kakinya kena tembak," tandas NR. Kelompok pesilat yang sudah panik lantas mencari jalan dan bertemu dengan sebuah pagar yang tertutup. NR mengatakan butuh waktu sekitar 15 menit bagi ia dan kelompoknya menjebol pagar untuk kabur. Disinggung apakah kelompoknya sempat melakukan perlawanan kepada polisi saat tembakan peringatan. NR menampik dan ia mengaku tidak ada perlawanan saat itu. Kelompoknya hanya sibuk cari jalan keluar. "Saat berhasil menjebol pagar, saya kan boncengan dengan teman saya. Ada teman saya lainnya jatuh. Lalu saya tolongin dan saya kembali ke motor. Saat itu saya panik tidak mendengar apapun," tegas NR. "Tahu-tahu perut sebelah kiri saya bolong kena peluru dan mengeluarkan darah kencang. Saya langsung ngeblank dan burem pandangan," NR menambahkan. NR mengatakan dirinya sempat tersadar di Jalan Menur. Saat itu, teman yang menggoncengnya panik karena perutnya juga tertembus peluru. Mereka mengarah ke RS Muji Rahayu di Jalan Manukan Wetan. Di rumah sakit itu, baik NR dan temannya mendapatkan perawatan. Karena lukanya terlalu parah, NR kemudian disuruh pihak rumah sakit untuk pergi ke RS Dr. Soetomo karena dari hasil rontgen ada peluru yang bersarang di perutnya. "Saya kembali naik motor itu mas dari RS Muji Rahayu ke RS Dr. Soetomo. Disana baru saya tau ternyata peluru yang ada di perut saya itu ditembakkan dan mengenai teman saya yang menggonceng terus tembus hingga kena saya," terang NR. Atas insiden tersebut, ayah NR, Heri (50), mengaku jika dirinya sempat melapor ke Polsek Gubeng saat menemani sang anak di RS. Dr. Soetomo. Oleh anggota Polsek Gubeng diarahkan ke Polsek Sukolilo karena penembakan terjadi di Keputih. "Di rumah sakit itu saya dimarahi anggota (kepolisian) sampai menunjukan video penyerangan yang membawa sajam. Selain itu ada orang yang menyodori saya surat yang intinya saya tidak akan menuntut ke ranah hukum, tapi saya tidak mau tanda tangan dan diancam jika tak tanda tangan anak saya akan di proses hukum," ujar Heri. Atas kejadian itu, Heri harus menanggung biaya operasi anaknya senilai Rp 50 juta. Selain itu, dari hasil pemeriksaan dokter, ada benda asing sejenis logam berbentuk peluru dengan ukuran +/- 1,8 x 1,1 x 0,8 cm yang berada di pinggul berjarak 0,4cm dari tulang belakang dengan kerusakan pada dinding perut depan ukuran 0,8 x 1,8 cm di perut kiri bawah. (fdn)
Ada Pelaku Tertembak saat Penangkapan Gangster di Keputih, Kombespol Yusep: Tembakan Pantul
Kamis 15-12-2022,15:06 WIB
Editor : Aziz Manna Memorandum
Kategori :