Beristrikan Perempuan Pemuja Dukun Milenial (4)

Rabu 09-11-2022,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Bukan tanpa alasan Tarkam menekankan ketidaksetujuannya ketika Mersi minta tolong Mbah Dugo. Selain memang tidak percaya dukun, dalam agama Tarkam hal itu dilarang. Syirik. Alasan utama Tarkam: sikap Mbah Dugo mencurigakan ketika menangani Mersi. Mengapa dukun itu menyuruh Tarkam menunggu di luar, sementara istrinya diajak masuk berdua ke ruang praktik. Sendirian. “Mengapa aku nggak boleh masuk?” kata Tarkam, kesal. Sampai di rumah terjadi perang. Tarkam bersikeras melarang Mersi melanjutkan upaya meminta tolong Mbah Dugo, sebaliknya Mersi ngotot tidak mau dihentikan. Mersi bahkan mengancam Tarkam akan kabur dari rumah bila kemauannya terus dihalang-halangi. Demi menjunjung kehormatan istri, terpaksa Tarkam bersikap keras terhadap Mersi. Untuk sementara Mersi tidak diperbolehkan keluar rumah. Seluruh akses keluar-masuk rumah, baik pintu maupun jendela, dikunci. Satu-dua hari upaya ini sepertinya berhasil. Masuk hari ketiga, Mersi tiba-tiba menghilang. Tampaknya dia kabur melalui jendela kamar belakang. Tengara ini muncul karena kaca jendela pecah berantakan dan berserakan di lantai. Tentu saja Tarkam kelabakan. Dia mencoba mencari ke rumah mertua, namun nihil. Demikian pula ketika dicari di rumah kerabat-kerabat dekat. Juga teman-teman Mersi, baik yang di dalam kota maupun yang di luar kota. Semua kosong. Hampir dua-tiga bulan Tarkam berkeliling mencari Mersi. Semua tempat sudah didatangi. Ibaratnya, lubang semut yang bisa menjadi persembunyian Mersi sudah dilongok, tapi tak ada hasil. Masuk bulan keempat-kelima, Tarkam sempat berpikir begini: mungkinkah Mersi nekat berangkat sendiri ke kediaman Mbah Dugo? Tapi, tahukah dia jalan ke sana? Dia sendiri saja, waktu mencari alamat Mbah Dugo tempo hari, susahnya bukan main. Tarkam harus tanya tak kurang dari 11-15 kali. Tarkam yang menggunakan aplikasi google maps malah tersasar ke sana-kemari nggak tentu arah. Apalagi Mersi, yang jarang bepergian. Walau begitu, karena sudah tidak ada lagi tempat yang mungkin didatangi Mersi yang bisa dilacak, Tarkam menyerah. Dia akhirnya melangkahkan kaki ke Kediri, ke lereng Gunung Wilis. Untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak. Baru selangkah keluar dari rumah, tiba-tiba Mersi muncul dan langsung merangkulnya erat-erat. Dengan napas terengah-engah dia mengabarkan keinginannya sudah terkabul. Ritual yang dia jalani sudah membuahkan hasil. Tentu saja Tarkam kaget. Penuh tanda tanya. Dan marah. Ingin dia menumpahkan gejolak isi hatinya dengan menyemprotkan lahar emosi yang menggelegak di dada. (jos, bersambung)

Tags :
Kategori :

Terkait