Intinya, Tarkam rela gajinya sebagai kepala keamanan pabrik di Gresik ludes untuk kebutuhan Deni. Dia dan Mersi hanya menikmati sisa-sisanya. Makanya, ketika Deni tiba-tiba menggigil kedinginan pada suatu malam, mereka panik. Dokter di sebelah rumah menyarankan Deni segera dibawa ke rumah sakit. Beruntung dokter di rumah sakit dengan sigap menangani Deni, yang ternyata terserang virus demam berdarah. “Kami panik bukan main,” kata Tarkam, yang menjelaskan bahwa waktu itu Deni sudah berusia 11 bulan. Hampir setahun. Dia sudah bisa trantanan dan berjalan glinuk-blinuk. “Pipinya yang tembem seperti mau tumpah ketika dia berjalan agak cepat. Setiap pagi dia menyapa kami dengan sebutan mama… papa…,” kata Tarkam sambil mengusap air yang tiba-tiba meleleh di pipinya. Sapaan… mama… papa… yang diteriakkan Deni pada pagi hari pas ulang tahun pertama dia adalah sapaan yang terakhir. Sebab, setelah itu tubuh Deni disambar motor yang ngebut di jalan depan rumah. Sejak itu tak terdengar lagi sapaan sayang Deni. Jangankan sapaan, desah napasnya pun tak mungkin lagi terdengar. Deni pergi untuk selama-lamanya. Kepergian Deni yang mendadak menyisakan duka yang amat dalam, terutama pada Mersi. Hampir tiga bulan dia tidak mampu menghapus kenangan tentang Deni. Setiap sudut rumah selalu memunculkan bayangan anak lincah tersebut. Pernah, misalnya, Mersi berteriak histeris memanggil nama Deni ketika dilihatnya kucing angora milik tetangga masuk ruang tamu. Selama hidupnya Deni memang suka bermain dan bercengkerama dengan kucing putih mulus itu. Deni juga selalu berbagi apa pun dengan kucing tersebut. Setiap dioleh-olehi martabak oleh ayahnya, kucing tadi mesti kebagian. Andai Tarkam pulang kerja terlalu malam di atas pukul 21.00, Mersi dipesani agar menyimpankan martabak dari sang ayah untuk dibagikan ke si angora esok paginya. Mersi baru mulai bisa sedikit-sedikit melupakan Deni setelah Tarkam berjanji bakal mencarikan pengganti Deni. Dengan cara apa pun. Namun celakanya, hingga berjalan hampir setahun, janji yang diucapkan Tarkam tak juga terjuwudkan. Di sisi lain, kejiwaan Mersi semakin tidak stabil. Mentalnya mudah terguncang oleh kabar sekecil apa pun. Padahal, belum jelas apakah kabar tersebut merugikan atau justru menguntungkan. Anehnya, di tengah keterpurukan itu, tiba-tiba Mersi berubah. Tingkahnya mendadak ceria. Bicaranya yang sudah lama ditelan sepi, kini ramai kembali. Apa saja jadi bahan bincangan. Tentu ini mengherankan Tarkam. (jos, bersambung)
Beristrikan Perempuan Pemuja Dukun Milenial (2)
Senin 07-11-2022,10:00 WIB
Editor : Agus Supriyadi
Kategori :