Lelaki tadi bercerita bahwa dia pernah diadui anak penghuni rumah itu sepulang dari menghikuti kegiatan di kampus, sekitar pukul 23.30. Waktu itu gerimis sedang turun. Suasana sangat sepi. Lampu jalan yang biasanya menyala terang, malam itu tinggal satu yang menyala. Yang di pojok gang seberang rumah pemuda tadi. Dia turun dari motor dan hendak membuka pintu pagar. Saat itulah dia melihat bayangannya yang samar tiba-tiba tertutupi bayangan yang lebih besar. Pemuda tadi menoleh, namun tidak ada siapa-siapa. Ketika balik melihat ke depan, bayangan besar tadi sempat terlihat, tapi perlahan bergeser. Tinggal bayangannya sendiri yang kini tampak menempel di dinding pagar. “Pemuda tadi berteriak-teriak sampai membangunkan para tetangga. Saya yang tinggal di situ (menunjuk rumah berjarak empat bangunan dengan rumah pemuda tadi, red) sampai terbangun,” kata lelaki tadi. Lelaki yang menjabat ketua RT itu melanjutkan ceritanya. Ini tentang penghuni lain yang baru melaporkan kedatangannya ke Pak RT. Mereka pindahan dari Jombang. Mereka berencana kontrak dua tahun. Malam itu rencananya hanya melapor. Besoknya baru boyongan bersama keluarga. Karena hujan deras disertai angin kencang, Pak RT menawari menginap di rumahnya. Orang tadi menolak. “Karena takut terjadi sesuatu di jalan, wong suami-istri itu naik motor, saya memaksa mereka menginap. Tapi yang laki-laki tidak mau dan hanya pinjam tikar untuk tidur di rumah yang akan dikontrak,” kata Pak RT. Akhirnya pasutri tadi dipinjami kasur lipat. “Tengah malam mereka gedor-gedor pintu pagar rumah saya. Katanya mendengar ada orang gebyar-gebyur di kamar mandi,” cerita Pak RT. Keduanya sempat khawatir ada orang jahat masuk rumah. Yang laki-laki mencoba mengecek. Dari dekat, masih terdengar bunyi gebyar-gebyur. Tapi ketika pintunya didorong, tidak ada siapa-siapa. Bak mandinya tampak kosong, tapi lantai kamar mandi basah. Kemudian pintu menutup sendiri dengan keras. Brak! Khawatir istrinya takut, orang tadi balik ke ruang depan dan tidak menceritakan apa yang dia temukan. Saat itulah terdengar kegaduhan di depan rumah. Seperti ada orang bertengkar. Suaranya lebih keras dari derai hujan. Suami-istri tadi mengintip dari korden yang disingkap. Sepi. Tidak ada siapa pun. Tak lama kemudian suara seperti orang bertengkar tadi pindah seperti di belakang mereka. Keduanya spontan menoleh ke belakang. Tiba-tiba senyap. Pasutri tadi saling pandang. Kini terdengar tangis bayi dari arah di mana mereka menggelar kasur lipat. Tanpa dikomando, keduanya berlari keluar rumah dan menuju rumah Pak RT. Mengadu. Masih banyak cerita seram lain yang disampaikan ke Tomi. Setelah mendengar cerita-cerita itu, Tomi bergeming. Dia tetap ingin membeli rumah tersebut. Namun, istri dan anak bungsunya tidak setuju. Takut, kata mereka. (jos, bersambung)
Membeli Rumah Amat Murah tapi Angker Dekat Waduk (2)
Senin 31-10-2022,10:00 WIB
Editor : Agus Supriyadi
Kategori :