Membeli Rumah Amat Murah tapi Angker Dekat Waduk (1)

Sabtu 29-10-2022,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Tomi (samaran) sempat hampir putus asa. Sudah lebih dari 20 berumah tangga, dia belum punya rumah untuk melindungi istri dan anak-anaknya. Sejak menikah pada usia 25 tahun, dia hanya mampu menjadi kontraktor. Kontrak sana-kontrak sini tanpa henti. Pria yang bekerja sebagai karyawan pabrik alat-alat rumah tangga ini tidak pernah mampu membeli rumah. Tabungan dari gajinya yang tidak seberapa besar hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Saya sudah berusaha maksimal menabung. Tapi begitu terkumpul, harga rumah yang kami inginkan terburu melonjak naik. Begitu yang terus terjadi,” kata Tomi di kantor seorang pengacara, sebut saja Win, di seputar Pengadilan Agama (PA) Surabaya, beberapa waktu lalu. Selama perjalanan perkawinanannya, hanya dua tahun Tomi tinggal bersama orang tua istrinya, sebut saja Ama. “Selebihnya kami hidup nomaden. Selalu berpindah-pindah sesuai kurun kontrakan. Satu, dua, atau tiga tahun,” kata bapak tiga anak ini. “Sampai sekarang?” tanya Memorandum. Tomi tidak menjawab pertanyaan tadi. Dia malah bercerita bagaimana susahnya tinggal di rumah kontrakan yang harus berpindah-pindah. “Usung-usung-nya amat ribet,” kata Tomi. “Pernah tinggal di mana saja?” “Hanya seputaran sini saja. Kawasan Wiyung, Karangpilang, Jambangan. Pilih yang tidak terlalu jauh dari mertua,” imbuh Tomi, yang menjelaskan bahwa kedua orang tua istrinya sudah sepuh. Sudah 76 dan 69 tahun. Tomi mengaku baru membeli rumah (dia menyebutkan nama sebuah kompleks permahan) dengan harga yang sangat tidak masuk akal. Sangat murah. “Ketika kali pertama mendengar, saya sempat ragu: benarkah segitu?” batinnya. Untuk meyakinkan dirinya, Tomi sampai tiga kali mengonfirmasikan harga tadi kepada pemilik rumah. Jawabannya selalu sama: ya. Alasan menjual murah rumah tersebut, saat ini sedang terdesak kebutuan. Juga, agak angker! Tomi tersenyum. Dia memang tidak terlalu percaya dengan hal-hal mistis. Makanya dia mengecek keberadaan rumah dimaksud. Halamannya luas. Bangungannya kokoh. Berada di ujung gang dan berhadapan dengan musala. Di dekat situ juga ada fasum berupa lapangan olahraga. Sempurna sebagai tempat tinggal, sebenarnya. Saat Tomi sedang melihat-lihat rumah tadi, ada seorang lelaki bersarung mengucap salam dan mendekat, “Mau tinggal di sini?” Tomi mengangguk. Tanpa diminta, lelaki tadi bercerita bahwa penghuni rumah ini selalu berganti-ganti dalam selang waktu yang tidak terlalu lama. “Yang paling lama bertahan sekitar dua minggu,” kata lelaki tadi. “Mereka kontrak?” tanya Tomi. “Kelihatnnya begitu. Bahkan, ada yang belum genap selamam menginap.” “Kenapa?” Ternyata para penghuni rumah yang hendak dibeli Tomi terkenal banyak hantunya. Ada-ada saja cara hantu itu menggoda penghuni. Mulai yang hanya mengeluarkan bunyi-bunyian hingga membopong, memindahkan orang itu waktu tidur. (jos, bersambung)  

Tags :
Kategori :

Terkait