Derita Guru Bergelar Master Bersama 2 Anaknya (5)  

Sabtu 20-08-2022,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Rini segera pamit ke toilet sebelum ekspresi wajahnya diketahui Dya. Setelah itu Rini sulit berkonsentrasi. Tubuhnya seolah terbelah. Fisiknya di Batu mengikuti sarasehan, namun pikirannya melayang ke rumah. Rini tak habis pikir memikirkan perilaku suami yang tampaknya benar-benar telah berkhianat. Selesai sarasehan, Rini langsung menuju kantor Jamal. Ingin membicarkan masalah yang mereka hadapi dengan kepala dingin di luar rumah. Agar tidak diketahui anak-anak. Agar tidak didengar tetangga. Rini bermaksud mengajak Jamal ke Kenjeran. Tempatnya relatif sepi dan aman dari perhatian orang-orang. Namun, Rini tidak menemukan suami di kantornya. Menurut satpam, Jamal keluar sejak pagi. Bergegas. Entah ke mana. Rini lantas mengarahkan motornya menuju rumah. Pulang. Dia disambut dua anak dan pembantunya. “Ayahmu ke mana?” tanya Rini kepada si sulung. “Ndak tahu. Ayah jarang di rumah. Sedikit-sedikit pergi. Sedikit-sedikit pergi. Semua diurusi Yuk (panggilan kepada pembantu, red).” “Ya sudah. Ibu masih berantakan. Ibu tak mandi dulu, lalu kita makan bersama. Tadi Ibu beli nasi Padang kegemaran kalian. Nanti ikut makan ya Yuk, aku beli empat bungkus,” kata Rini. Setelah salat Magrib, Rini mengajak anak-anak dan Yuk makan bersama di meja makan ruang tengah. Tidak seperti biasa, Yuk yang biasa ngomong thar-ther-thor malam itu lebih pendiam. “Buk, nanti ada yang mau saya katakan,” katanya selesai makan. Rini mengangguk dan menunggu anak-anak selesai makan. Setelah itu anak-anak disuruh masuk kamar. Belajar. “Tapi Ibuk jangan marah ya?” kata Yuk. Rini hanya diam. “Saya menemukan ini di saku celana Bapak,” kata Yuk sambil memperlihatkan sesuatu kepada Rini. Rini sangat kaget. Nyaris terjengkang dari tempat duduk. Bola mata Rini mau copot melihat benda di tangan Yuk. Sebungkus kondom. Ya. Kondom. Benda tersebut ditemukan saat hendak mencuci celana Jamal. Sebenarnya tidak hanya satu, melainkan dua. Malam itu Jamal pulang agak larut. “Dari mana?” tanya Rini. Jamal diam. “Njajal kondom? Dengan siapa?” Jamal tetap diam. Malah ngluyur ke kamar mandi, membersihkan diri, lantas tidur tanpa berba-bi-bu dengan Rini. “Sudah bosan dengan aku?” Tidak ada jawaban. Jamal malah membalikkan tubuh membelakangi Rini. “Apa salahku?” Tetap tidak ada jawaban. Rini yang merasa tidak dihargai lantas keluar kamar dan membuka kamar tidur tamu. Tidur di sana. Namun belum lama membaringkan diri, kedua anaknya muncul. “Akhir-akhir ini Ayah memang aneh,” kata si sulung yang masih duduk di bangku kelas tiga SMP. “Kami sering tidak direken,” tambah si bungsu. Rini tidak mampu berkata-kata. Bibirnya seperti terkunci. Dia lalu berdiri, menghampiri kedua anaknya, dan merangkul mereka. Tangis pun pecah. Malam itu tiga anak manusia yang tersakiti oleh seorang lelaki itu tidur bertiga. Dalam pelaian mimpi buruk dan hujan air mata. Rini malah tenggelam dalam angan-angan tak bertepi, yang mengantarkan hingga menembus batas kesadaran. “Jujur, Rini tidak mengerti mengapa suaminya yang semula sangat sayang kepada keluarga itu berubah sedemikian drastic dalam waktu singkat,” kata  Mardan, yang mengaku sangat kasihan kepada mereka, terutama si bungsu dan si sulung. (jos, bersambung)    

Tags :
Kategori :

Terkait