Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Jalur Banengan (4)

Senin 04-04-2022,09:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Pada akhirnya Ken Arok meningkatkan tenaga dan kecepatan untuk mengakhiri perkelahian yang tidak seimbang dari jumlah. Sentuhan-sentuhan serangannyamampu merusak kepungan dan menyentuh bagian tubuh seorang demi seorang. Seperti daun yang tertiup angin, tubuh para pengeroyok Ken Arok pun  terlempar keluar lingkaran dan tidak bangun lagi. Mendadak dari dalam sebuah kereta kuda, bayangan putih melesat deras, langsung menghantam Ken Arok dengan tendangan samping. “Anak Muda, harus aku katakan jika kemampuanmu benar-benar aku butuhkan,” kata Ki Jawani yang berdiri dengan tangan bersilang di depan dadanya. “Pengecut!” umpat Ken Arok sambil bangkit berdiri dan mengusap lengannya yang terkena tendangan cukup keras. Ki Jawani membuka dua tangannya, lalu berkata,”Itu bukan tindakan pengecut untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Aku tahu kau baru saja membunuh empat orang dengan pukulan mematikan. Lalu aku coba untuk menyelamatkanmu dari pembunuhan yang pasti terjadi jika aku kalah cepat dengan kepalanmu yang mengarah ulu hati pengawal itu.” Ki Jawani menunjuk seorang pengawal yang meringkuk kesakitan. “Baiklah,” kata Ken Arok kemudian,”apa yang kau butuhkan dariku?” “Aku membutuhkanmu dan temanmu itu,” kata Ki Jawani menunjuk Toh Kuning yang masih terlibat pertarungan sengit dengan Ki Selaksa Geni,”untuk menjadi bagian dari pengawalku.” Ken Arok tertawa kecil kemudian katanya,”Aku menginginkan emas dan benda lain yang berada di kereta dan pedati yang sedang berbaris rapi menantiku. Dan kau menawariku sebuah pekerjaan?Ya, tentu saja hasilnya tidak mungkin akan sama dengan nilai benda yang kau bawa hari ini.” Baca juga : Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya - Jalur Banengan (1) Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya - Jalur Banengan (2) Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya - Jalur Banengan (3) Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya - Jalur Banengan (4) Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya - Jalur Banengan (5) Pandangan Ki Jawani menyala sambil menggeram ia berkata,”Ternyata kau lebih memilih jalan yang berbeda!” Lengkingan nyaring mengawali Ki Jawani menyerang Ken Arok. Sambaran pukulan Ki Jawani meleset tipis dari lambung Ken Arok dan angin pukulannya mampu meninggalkan sayatan tipis pada kulit Ken Arok.Segera saja Ken Arok melompat jungkir balik di udara menjauhi Ki Jawani. Ia benar-benar terkejut ketika menyadari Ki Jawani menggebrak dengan ilmu tingkat tinggi. Merasa terkecoh dengan perbuatan Ki Jawani, Ken Arok membalasnya dengan gebrakan dahsyat. Ia mengerahkan bagian puncak ilmu yang diajarkan oleh Begawan Purna Bidaran. Gemblengan keras  Begawan Bidaran dalam beberapa tahun telah mengubah Ken Arok menjadi seorang pemuda yang layak untuk berada dalam jajaran tinggi olah kanuragan. Pertempuran selanjutnya menjadi semakin cepat dan sulit diterima akal sehat. Kedua orang ini berloncatan dan melayang diantara pepohonan saling serang. Mereka tidak menetap dalam sebuah lingkaran perkelahian. Kaki-kaki mereka sesekali menggunakan batang pohon sebagai pijakan untuk kemudian berbenturan di udara dan kemudian terlontar surut. Satu atau dua pohon pun tumbang ketika salah satu dari mereka mampu melepaskan diri dari serangan lawan. Tak lama setelah melibatkan diri dalam perkelahian, Ki Ranu Welang pun selesai menuntaskan perlawanan beberapa pengawal. Ia berjalan mendekat agar dapat menyaksikan pertempuran Ken Arok dan Ki Jawani. Para pengikut Ki Ranu Welang sibuk mengikat pengawal bayaran yang telah mereka tundukkan. Sementara pengawal yang terluka telah mereka kumpulkan pada satu tempat tanpa perawatan. Tubuh yang bergelimpangan kemudian mereka tumpuk dan para penyamun itu meletakkan kayu-kayu kering mengelilingi tumpukan mayat, sesaat kemudian mereka membakar tumpukan jasad para pengawal dan pelayan para pedagang. Ki Ranu Welang memerintahkan pengikutnya untuk melepaskan para pedagang yang masih mampu berjalan. Lalu menyuruh merekaagar menjauh. Sedemikian hebat perang tanding antara Ken Arok dengan Ki Jawani hingga membuat lingkungan sekitarnya menjadi berantakan. Ki Ranu Welang diam-diam menyimpan rasa kagum yang sangat besar pada Ken Arok. Betapa Ki Ranu Welang dapat menilai kemampuan Ken Arok yang ternyata dua lapis di bawah Ki Jawani namun semangat Ken Arok yang membara dapat mempersempit jarak kemampuan diantara keduanya. “Ken Arok harus tetap hidup,” kata Ki Ranu Welang dalam hatinya. Diam-diam ia mengalirkan tenaga inti pada kedua tangannya. Ki Ranu Welang agaknya sedang mempersiapkan sebuah serangan mematikan untuk mengakhiri pertempuran Ki Jawani. Uap tipis mengepul dari telapak tangan Ki Ranu Welang, namun ada saat itu Ki Jawani telah menggedor dada Ken Arok dengan satu pukulan yang tepat mengenai ulu hati murid Begawan Purna Bidaran. Tubuh Ken Arok terpental jauh dan darah terlontar keluar dari mulutnya. Ki Ranu Welang membentak sangat keras, tubuhnya meluncur melebihi anak panah yang terlontar dari busurnya. Tetapi serangan Ki Ranu Welang ternyata membentur pertahanan Ki Jawani yang sempat menutup celah terbuka di bagian atas perutnya. Dua tenaga inti yang bekekuatan dahsyat saling bertabrakan dan Ki Jawani gagal menjaga keseimbangan tubuh, ia terdorong jatuh. Ki Ranu Welang tidak menghentikan serangan, meski ia sempat terhuyung-huyung namun dengan cekatan ia mengembalikan keseimbangan dan kembali melepaskan terjangan membadai. Dua serangan berturut-turut itu tidak mampu ditahan oleh Ki Jawani, untuk kedua kalinya ia terlempar dan bergulingan lalu pingsan. Kekalahan para pengikutnya dan tumbangnya Ki Jawani diketahui oleh Ki Selaksa Geni. Secara mendadak ia meningkatkan gelombang serangan. Satu tinju darinya mengenai pundak Toh Kuning dan anak muda itu meloncat surut. Kesempatan itu segera digunakan Ki Selaksa Geni untuk melompat panjang dan menjauh, ia berseru nyaring,”Peristiwa ini akan diketahui oleh Mahesa Wunelang!”  (bersambung)

Tags :
Kategori :

Terkait