Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Jalur Banengan (3)

Senin 04-04-2022,06:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Demikianlah, dalam waktu yang singkat Toh Kuning telah terlibat ke dalam perkelahian satu lawan satu dengan Ki Selaksa Geni. Beberapa pengawal bayaran bergegas mengelilingi lingkaran perkelahian itu dan mereka juga mengawasi lingkungan sekitar. Ternyata lawan Toh Kuning adalah orang yang sangat tangguh. Serangannya datang beruntun dan setiap sabetan pedang selalu mengirim pesan tanda bahaya bagi Toh Kuning. Sekali-sekali pertahanan Toh Kuning menjadi terguncang tetapi ia terus meningkatkan daya tahannya selapis demi selapis. Sementara dari tempat yang tidak terlihat oleh para pengikut Ki Selaksa Geni, dua pasang mata mengawasi perkembangan yang terjadi di depan mereka. “Apakah kau tidak membantu temanmu itu?” bertanya orang berbaju lurik dan berwajah tampan. Dahulu orang ini adalah penyamun yang berkeliaran di lereng Penanggungan dan Arjuna. Tetapi pada saat pihak kerajaan mulai meningkatkan keamanan maka orang ini telah dinyatakan sebagai buronan oleh Ki Panji Mahesa Wunelang. Dan semenjak itu Jalur Banengan menjadi aman, walau tidak selalu membuat tenang. Pada masa itu, tidak ada orang yang menduga bahwa salah satu begal yang telah menjadi buruan pihak kerajaan adalah lelaki berwajah tampan dan berkulit halus. “Tidak! Toh Kuning akan mampu mengatasi para pengawal bayaran itu, dan kita akan bertugas membersihkan emas dan barang berharga lainnya,” jawab Ken Arok dengan senyum di  wajahnya.”Kau harus mengawasi pengikutmu ketika membersihkan barang-barang yang sekiranya dapat menjadi bukti bagi kerajaan. Pertanda kuat bahwa Anda kembali hadir di jalur ini.” “Ken Arok! Aku peringatkan kau bahwa aku bukan pengikutmu,” geram Ki Ranu Welang. “Terserah apa katamu. Yang pasti adalah kau berada di sini untuk memperpanjang hidup,” kata Ken Arok tegas. Baca juga : Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya - Jalur Banengan (1) Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya - Jalur Banengan (2) Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya - Jalur Banengan (3) Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya - Jalur Banengan (4) Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya - Jalur Banengan (5) Sementara itu di lingkar perkelahian yang lain, Ki Selaksa Geni mengagumi kemampuan Toh Kuning yang berusia jauh lebih muda darinya. Setiap kali ia membawa ilmunya setingkat lebih tinggi, maka Toh Kuning juga berbuat serupa. Meskipun Toh Kuning beberapa kali kehilangan kesempatan namun setiap serangannya tetap saja membahayakan. Sebaliknya, pertahanan Ki Selaksa Geni yang mapan pun sering kali tergedor tetapi keseimbangan pertempuran itu masih belum berubah.. Ki Selaksa Geni mengakui bila lawannya telah memiliki landasan yang mapan dan meyakinkan, dan ia menyadari satu-satunya keunggulan yang dimilikinya adalah pengalaman. Maka dengan cepat ia mulai memasukkan unsur-unsur asing dalam olah geraknya. Serangan Ki Selaksa Geni perlahan-lahan menembus pertahanan Toh Kuning. Kakinya sempat menyusup di sela-sela pertahanan Toh Kuning yang tertutup rapat. Perut Toh Kuning pun terpaksa menerima benturan yang cukup keras, ia terpental surut beberapa langkah. Namun demikian Toh Kuning bangkit dengan cepat dan kembali menerjang Ki Selaksa Geni dengan serangan yang membadai. Tetapi, Ki Selaksa Geni tidak memberinya kesempatan untuk berkembanglebih jauh, ia cepat menutup ruang dan gerak Toh Kuning. Dan Toh Kuning tidak berdiam diri dengan perubahan gerak lawannya, ia semakin cepat dan mengerahkan segenap ilmunya untuk menggoncang pertahanan Ki Selaksa Geni. Untuk sesaat Ki Selaksa Geni terdorong ke belakang dan harus memaksa dirinya untuk menjaga keseimbangan pertempuran. Namun Ki Selaksa Geni kembali menerjang dengan tubuh yang meluncur sangat deras. Pedangnya berputarsangat cepat meski begitu ia harus berhati-hati karena keris Toh Kuning telah berkelebat dengan kecepatan yang sama dengan pedangnya. Perang tanding itu menjadi semakin garang dan panas ketika setiap sambaran senjata mengeluarkan suara berdesing tajam dan nyaring. Melihat perkembangan yang terjadi, maka Ken Arok segera  mengajak Ki Ranu Welang untuk turut terjun dalam pertempuran. Suitan nyaring Ki Ranu Welang adalah tanda bagi anak buahnya untuk keluar dari persembunyian. Maka tiba-tiba saja para pengikut Ki Ranu Welang berloncatan menyerbu para pengawal. Sejenak kemudian, terjadilah pertempuran sengit diantara dua kelompok. Ketinggian ilmu Ken Arok menarik perhatian para pengawal bayaran untuk mengepungnya, namun mereka bukan lawan bagi Ken Arok yang mudah menghempaskan perlawanan mereka. Kibasan tangan dan kaki Ken Arok menjadikan para pengikut Ki Selaksa Geni berjatuhan walau begitu para pengawal bukan orang yang mudah menyerah. Sekejap kemudian mereka telah bangkit dan memberi perlawanan keras bagi Ken Arok. Sekali lagi, mereka bukanlawan yang seimbang bagi Ken Arok meskipun jumlah mereka bertambah. Berkembang dengan itu, agaknya para pengeroyok Ken Arok sudah tidak dapat membatasi diri untuk berkelahi tanpa senjata. Sekejap kemudian perkelahian semakin berkobar dan sengit. Senjata pengeroyok Ken Arok berkelebat menyambar dan mencoba menusuk Ken Arok dari berbagai arah. Tetapi tidak mudah untuk menundukkan Ken Arok. Pemuda ini berloncatan lincah dan lebih cepat dari senjata yang mengancam jiwanya. Sesekali sepasang kakinya mampu menembus kepungan dan menjungkalkan satu atau dua orang musuhnya. (bersambung)

Tags :
Kategori :

Terkait