Harga Migor Meroket, Masyarakat Menjerit

Jumat 18-03-2022,20:39 WIB
Reporter : Ferry Ardi Setiawan
Editor : Ferry Ardi Setiawan

Surabaya, memorandum.co.id - Usai dicabutnya subsidi minyak goreng (migor) kemasan, mendadak eksistensi migor merajalela. Kini, warga tak kesulitan lagi untuk mencari kebutuhan pokok itu. Namun sayangnya, harga migor menjadi mahal. Naik hampir 85 persen. Semula harga subsidi di kisaran Rp 14 ribu per liter, meroket sempurna di harga Rp 24-25 ribu per liter. Kenaikan harga yang signifikan ini membuat masyarakat, baik pedagang maupun ibu rumah tangga (IRT) menjerit. “Mahal sekali sekarang, dua liter minyak goreng kemasan saya beli dengan harga Rp 50 ribu,” ujar Amang, pedagang gorengan di Ketintang, Jumat (18/3/2022). Sebagai pedagang, Amang tak ingin merugi. Karenanya, sejak kenaikan migor itu, Amang turut menaikan harga gorengannya yang semula per biji Rp 1.000 menjadi Rp 1.500. “Nggak nyucuk (tidak sampai untung, red) nanti, mas, bisa rugi saya, wong harga minyak semahal itu, wes-wes pemerintah iki yoopo,” sambatnya. Sedangkan Sevia, IRT asal Bubutan tak kalah sambatnya. Dia merasa harga migor terlampau mahal. Padahal sebelumnya, migor kemasan ukuran satu liter didapatkan dengan harga di bawah Rp 20 ribu, kini meroket jauh. “Masyarakat dibikin pusing. Padahal mau bulan puasa, minyak goreng malah mahal. Kita sangat pemerintah dapat mengatasi kenaikan harga minyak goreng yang terlalu tidak biasa ini,” tandasnya. (bin/fer)

Tags :
Kategori :

Terkait