Dipaksa Nikah dengan Santri (4)

Kamis 23-12-2021,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Dihadiahi Pakaian Syar’i

Bakir begitu santun terhadap orang-orang, begitu patuh kepada ke orang tua,  bahkan amat sopan terhadap Koma. Hampir semua kewajiban telah dia tunaikan dengan hikmah. Tidak pernah sekali pun dia bersikap kasar dan berkata-kata keras kepada istrinya. Bakir bahkan terlalu lembut menurut Koma. Hanya satu yang belum dia tunaikan, yaitu memenuhi nafkah batin kepada Koma. Koma sendiri saat mendapat perlakuan darinya setiap hari yang begitu lembut mulai tumbuh rasa cinta dan membuatnya perlahan-lahan melupakan masa lalu bersama Fatah. Koma bahkan mulai merindukan Bakir tatkala lelaki sedang tidak di rumah. Dia bahkan selalu berusaha menyenangkan hati sang suami dengan melakukan apa-apa yang dia anjurkan lewat ceramah-ceramahnya pada wanita-wanita muslimah, yakni mulai memakai busana muslimah syar’i. Koma ingat, dua hari setelah pernikahan mereka, Bakir memberi hadiah berkemas karton besar. Semula Koma mengira hadiah itu adalah alat-alat rumah tangga. Setelah kubuka, ternyata isinya lima potong jubah panjang berwarna gelap, lima buah jilbab panjang sampai selutut juga berwana gelap, lima buah kaus kaki tebal panjang warna hitam, dan lima pasang manset berwarna gelap pula. Melihat itu awalnya Koma justru merasa tersinggung. Dia mengira Bakir akan memaksa menggunakannya. Ternyata dugaan itu meleset jauh. Sebab, Bakir tidak pernah menyuruhnya melalukan itu, apalagi memaksa berpakaian syar’i. Suatu saat Koma sendiri yang berinisiatif mulai menggunakannya tanpa paksaan siapa pun. Dia kenakan busana itu agar Bakir tahu bahwa sang istri mulai menganggap hadiah itu istimewa. Meski terlambat. Bahkan, kebiasaan Bakir mengaji sebelum tidur sudah mulai Koma ikuti. Kadang ceramah-ceramahnya di masjid juga diikuti dan dipraktikkan di rumah. Satu yang belum bisa Koma mengerti dari Bakir. Entah mengapa hingga enam bulan pernikahan mereka, dia tidak pernah menyentuh Koma. Setiap masuk kamar, sebelum tidur, dia selalu mengawali dengan mengaji, lalu tidur di atas hamparan permadani di samping ranjang hingga terjaga di sepertiga malam dan bersalat Tahajud. Hingga suatu saat Bakir jatuh sakit. Tubuhnya demam dan panasnya sangat tinggi. Koma bingung bagaimana cara menangani. Sebab, Bakir sendiri tidak pernah mengeluh. Koma khawatir sang suami akan menolak bantuan. Malam itu Koma terbaring dalam gelisah. Dia tidak bisa tidur mendengar embusan napas Bakir yang sesak. Bakir pun sering mengigau kecil. Mungkin itu karena suhu panasnya yang tinggi. Sementara malam begitu dingin, hujan sangat deras disertai angin bertiup kencang. Kasihan Bakir, pasti dia teramat sangat kedinginan. Perlahan Koma bangun dari pembaringan dan menatapnya yang sedang tertidur pulas. Koma pasangkan selimut  di atas tubuh Bakir. (jos, bersambung)    
Tags :
Kategori :

Terkait