Bunga Desa vs Pejantan Tangguh (6-habis)

Selasa 07-12-2021,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

  Tekad Lika sudah bulat. Akan me-nyampaikan fakta kepada Dinda siapa  Novan  dan  pamannya. Parmin, yang sebenarnya.   Begitu pembahasan bersama skripsi selesai, Lika berpamitan dulu kepada teman-teman untuk segera pulang.   Dia naik Grab. Biarlah yang lain, yang  masih  ingin  mengisi  weekandnya,  menuruskan  agenda acara yang sudah ditetapkan.   Lika  tak  menyangka  di  keluarganya ada dua orang terlaknat. Makanya selama ini Parmin sering dolan ke rumah. Katanya sekadar main-main, melihat tubuh-tubuh muda  peserta  senam.  Lika  memaklumi. Dasar, mata laki-laki.   Tapi,  apa  yang  sesungguhnya terjadi? Entah sudah berapa lama mereka mempraktikkan itu. Sabtu malam Lika sudah sampai rumah. Dia langsung membuka  pintu,  karena  setiap  anggota keluarga memang dipegangi masing-masing  satu  kunci  duplikat pintu utama.   Suasana terasa lengang. Sepi. Tidak ada bunyi selirih apa pun. Dinda pasti sedang berhura-hura dengan  teman-teman  arisannya entah  di  mana.  Biasanya  Dinda pulang  dini  hari.  Eli  pasti  ribet dengan pekerjaan rewangnya di acara resepsi. Dan, tidak disangka Novan  sedang  mengkhianati cintanya  kepada  Dinda  dengan berselingkuh  vs  sana  paman,  Parmin.   Padahal,  lelaki  tersebut sudah  paruh  baya.  Tenaganya pasti tidak fit lagi. Dari  selonjoran  di  sofa,  Lika bermaksud bangun dan istirahat di  kamar.  Dia  pun  mengangkat tubuhnya  yang  semi-semi berat.  Malas-malasan.  Akhirnya  usaha  Lika berhasil. Dia dapat mendekati kamar.   Namun,  sesuatu  di  luar  dugaan  terjadi.  Lika  mendengar keributan  kecil  dari  kamar  tidur utama. Pelan-pelan Lika mengintipnya.  Astaghfirullah...  sesuatu di luar dugaan sedang terjadi. Lika melihat sepupunya bermain  seks  mandiri  sambil  menonton layar televisi yang memperlihatkan adegan dewasa. Tanpa terasa air mata jatuh membasahi pipi Lika yang bersih.   Lika  kemudian  mundur  pelan-pelan, memberi kesempatan Dinda menyelesaikan urusannya.  Air matanya semakin deras mengalir.  Dia  membayangkan  betapa Dinda  terluka  hatinya  sehingga harus memuaskan hasrat seksualnya secara mandiri.   Lika keluar rumah, berjalan ke minimarket  yang  menyediakan kursi untuk sekadar duduk-duduk menghabiskan minuman dan makanan  kecil.  Satu  jam  kemudian Lika baru pulang.   Belum sempat Lika menyampaikan fakta soal Novan dan Parmin,  Dinda  sudah  mengajaknya berbicara serius. “Besok antar aku memasukkan  gugatan  cerai  ke PA. Tampaknya  perkawinanku dengan  Novan  tidak  mungkin dipertahankan,” kata Dinda.   Lika hanya diam mendengarkan  ajakan  Dinda.  Dia  hanya mengangguk,  lantas  memeluk sepupunya  itu  dengan  penuh kehangatan. “Aku hanya mampu berdoa,  semoga  Mbak  Dinda segera mendapat lelaki pengganti yang  lebih  bertanggung  jawab,” kata Lika. (jos, habis)

Tags :
Kategori :

Terkait