Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya
Walau dengan berat hati, Tini akhirnya mengangguk. Dia juga mohon suaminya ikut mengangguk. Maka, dengan menahan sesak di dada, Tini segera merangkul istri dan anak-anak Aziz, tanda merestui pernikahan Dolah vs Murni.
Dua hari kemudian digelar prosesi akad nikah secara sederhana di kamar rumah sakit tempat Murni dirawat. Tini tidak ikut bersama mereka, karena sudah disepakati pernikahan Dolah vs Tini dirahasiakan demi kebahagiaan akhir Murni.
“Saya mengikuti prosesi akad nikah Mas Dolah dengan Mbak Murni melalui video call Dik Siti (adik Murni, red). Jujur saja, hati saya nggak karu-karuan. Siapa kuat melihat suami menikah dengan mantan. Meskipun tah ini sudah kami sepakati,” tutur Tini kepada sang pengacara, yang meneruskannya ke Memorandum.
Pascaprosesi akad nikah, Murni tidak mengizinkan Dolah meninggalkan rumah sakit. Berbagai upaya dia lakukan untuk itu. Di pihak lain, Tini mencoba memaklumi perasaan Murni dan—melalui telepon—memersilakan sang suami menemani Murni.
Hari berjalan menyusuri waktu. Sampai hampir sebulan, kondisi kesehatan Murni—yang diperkirakan dokter tidak akan bertahan lama—atas kuasa Allah membaik. Perempuan berbibir tipis ini mulai bisa beraktivitas fisik yang agak berat.
Akhirnya Murni diperbolehkan pulang. Kabar ini membuat hati Tini berkecamuk amat keras. Kecemburuan mulai menghinggap. Bayangan-bayangan Dolah berlaku mesra terhadap Murni makin hari makin menyesaki pikiran dan dadanya. Beruntung Dolah mampu menjaga hati Iin. Dia selalu berusaha meyakinkan bahwa dirinya tidak akan pernah ngapa-ngapain Murni.
“Sungguh aku ingin percaya kepada Mas Dolah. Tapi melihat perkembangan kondisi Mbak Murni yang semakin baik, aku ragu. Mbak Murni ternyata cantik, seksi, dan gimana gitu. Tidak seperti fotonya waktu masih sakit,” tutur Tini sambil menunjukkan foto terbaru Murni.
Terpaksa Tini harus merelakan Dolah membagi waktu untuk dirinya dan untuk Murni. Kebaikan keuarga Murni yang selalu menjaga silaturahmi membuat Tini tak bisa berlaku semena-mena terhadap Murni.
Ia pernah hendak memaksa Dolah berterus terang tentang keadaan dirinya kepada Murni. Dia berharap Murni mundur setelah tahu bahwa Dolah sejatinya sudah beristri. Tapi, hal itu diurungkan. Tini mencoba menempatkan dirinya sebagai Murni, dan dia merasa tidak akan mampu menjadi Murni dengan perlakuan seperti itu. “Aku dilema,” aku Iin.
Keluarga Murni juga berlaku sangat baik ketika Tini melahirkan. Dia diperlakukan seperti keluarga sendiri oleh Aziz. Sampai suatu saat, pada malam ketika hanya berduaan ketika sang baby sudah tidur, Dolah meminta waktu Tini untuk berkata serius. Sambil merangkul erat sang istri di tempat tidur, Dolah berbisik di telinga kanannya, “Murni menuntut aku memberikan nafkah batin.” (bersambung)