SURABAYA - Untuk bisa mewujudkan Surabaya menjadi smart city atau kota cerdas, kampung-kampung di Kota Pahlawan ini harus turut bergerak dalam berbagai bidang.
Diantaranya dengan menggerakkan smart environment yang meliputi smart energy, smart water, air dan land management, serta smart waste management.
Selain itu, edukasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, mengolah sampah organik maupun plastik, penghijauan, gotong royong serta kebiasaan peduli lingkungan pun harus dilakukan.
Kabid Kebersihan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya Agus Hebbi Djuniantoro mengungkapkan, perkembangan yang dinamis akan mampu membawa dampak positif pada masyarakat dan lingkungan. “Tapi yang lebih penting lagi adalah niatan dari setiap warga yang ada di sini,” terang Agus usai sosialisasi Surabaya Smart City (SSC) di Manukan Kulon, kemarin.
Menurutnya, Kelurahan Manukan memiliki lingkungan bersih dan semuanya turut serta dalam sosialisasi ini. “Ini menunjukkan untuk menjadi juara. Lingkungan dapat, ekonomi dapat, dan kepedulian lingkungan juga dapat. Jadi kami menambahkan kepada mereka untuk mendokumentasikan apa yang mereka lakukan. Baik untuk anak-anak, ibu-ibu, dan lansia. Kalau semua ini dikemas dengan apik, maka akan menjadi energi positif bagi masyarakat sendiri,” jelasnya.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Manukan Kulon M Rachmatullah Al Amin menambahkan, selain menciptakan lingkungan asri dan ruang terbuka hijau, smart inovasi usia anak, pemuda, bapak, ibu, sampai usia lanjut juga edukasi rasa memiliki kampung yang nyaman harus ada.
“Seperti halnya kita tempatkan tempat puntung rokok di beberapa titik tempat sepanjang gang kampung. Setidaknya kita mengedukasi merokok pada tempat yang telah disediakan, dan sarana tempat berkumpul bersama warga,” ujarnya.
“Di sini kebetulan setiap rumah ada tanaman yang harus ditanam. Yang wajib itu penanaman lidah buaya, karena banyak kegunaannya,” katanya.
Nantinya, akan ada rencana pengembangan produk lidah buaya. “Dulu sudah pernah tetapi sekarang mulai digalakkan lagi dari awal. Karena tidak sedikit juga warga baru atau pindahan. Istilahnya lain penghuni juga,” imbuhnya.
Ketua LPMK yang biasa dipanggil Boy Amin juga memaparkan, 15 RW 124 RT di sini masing-masing memiliki keunggulan yang berbeda satu sama lain. Seperti RW 1 yang memiliki inovasi membuat pupuk cair organik.
“Ini dibuat dari limbah organik masyarakat, sisa makanan masyarakat dibuat sedemikian rupa dengan bahan-bahan yang ada di masyarakat. Dijual dengan harga murah di masyarakat sendiri. Serta di RW 8 ada yang sangat kreatif, mereka membuat jenang dari rumput laut, dan ada keripik juga,” paparnya.
Boy menyebutkan, wilayah ini juga memiliki potensi menjadi kampung wisata karena terdapat dua area food court, yang masing-masing memiliki potensi nilai jual ekonomi. (epe/udi)