Modal Cupet, Untung Peringkat 3

Sabtu 16-10-2021,11:11 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

PON (Pekan Olahraga Nasional) XX Papua berakhir. Perasaan suka, duka, susah, senang, gegap gempita, sakit, sehat mewarnai persaingan akbar olahraga antarprovinsi. Di titik inilah gengsi provinsi terlihat mana yang jadi jagoan. Bagi atlet juga demikian. Berbagai perasaan tumplek-blek menjadi satu “di perjalanan” multiolahraga nasional kali ini. Ada yang tertawa lebar, tertawa ringan,  tertawa  menyeringai,  ada pula  yang  hanya  tersenyum.  Mereka  semua  melakoni  diri  sebagai  pejuang  olahraga  mewakili  provinsi  masing-masing.  Sebagai  pemenang  atau pecundang. Sebagai jawara atau pemain sandiwara, sembari menunggu  cairnya  gerojokan  bonus  pasca  berlangsungnya perjuangan. Itulah PON yang gelarannya empat  tahun  sekali  menjadi  titik  balik  kedigdayaan provinsi dan atlet sejak 1948  kali  pertama  dilaksanakan  di  Kota Surakarta. Kebanggaan dan kehormatan  provinsi  sangatlah  kokoh  menyertai  para  pejuang  olahraga  yang  dilakoni  sampai  titik  darah  penghabisan. Sampai teknik terakhir mematikan pertahanan lawan, semua dilakukan untuk mempersembahkan hasil terbaik bagi provinsinya. Termasuk  bagi  Jawa  Timur.  Ratusan atlet putra atau putri berjuang memberi  hasil  terbaik  di  berbagai  cabang olahraga (cabor) provinsi yang dipimpin  Gubernur  Khofi fah  Indar  Parawansa berakhir di urutan ketiga “papan” klasemen memperoleh medali baik emas, perak, atau perunggu. Tercatat,  Jawa Timur  meraih  110  emas, 89 perak, 88 perunggu di bawah Provinsi  Jawa  Barat  yang  menduduki  peringkat  pertama  dengan  133 emas, 105 perak, 115 perunggu, dan DKI  Jakarta  111  emas,  91  perak,  100  perunggu di urutan kedua. (per jam 18.00 WIB, 15 Oktober 2021). Akibat  posisi  ini  di  masyarakat  teropinikan Jawa Timur gagal dalam ajang olahraga terbesar nasional kali ini. Gagal karena tak mampu menjadi pendulang  medali  emas  terbanyak. Gagal  akibat  tak  mencapai  120  medali emas seperti target yang dipatok sebelum  keberangkatan  ke  tanah  harapan,  Provinsi  Papua,  tempat  berlangsungnya PON XX. Nah apa benar itu (opini) sebuah kegagalan. Atau disebut gagal karena pada PON sebelumnya (berlangsung di Jawa Barat 2016), Jawa Timur menduduki  peringkat  kedua  di  bawah  Jawa Barat di urutan pertama. Tentu  tak  mudah  dimengerti.  Ini  akibat ada pihak yang tidak berkenan disebut  gagal  meski  pihak  yang  suka  mengatakan itu sebuah kegagalan mutlak Jawa Timur sangat nyaring bunyinya. Tak  dipungkiri,  hasil  akhir  PON  memang diukur dari perolehan jumlah medali emas. Namun, urusan pembinaan atlet juga digunakan sebagai patokan mengukur kegagalan atau keberhasilan. Dan  ukuran  pembinaan  atlet  tak  bisa dilepaskan dari unsur pendanaan. Jadi, tak perlu menyalahkan siapa pun atas hasil akhir yang diraih Provinsi  Jawa Timur  dalam  arena  PON  XX Papua sebuah kegagalan absolut setelah  dana  pendukung  PON  yang  diajukan lewat di PAPBD oleh KONI (komite  olahraga  nasional  Indonesia) Jawa Timur hanya disetujui tidak lebih  dari  50  persen.  Apalagi  KONI Jatim  sejak  awal  hanya  mengusung  program  Puslatda  Jatim  100  yang  berarti  fokus  mengejar  100  medali  emas PON saja.(*)  

Tags :
Kategori :

Terkait