Lamongan, memorandum.co.id - Kota Lamongan selain terkenal dengan soto, ternyata menyimpan kekayaan kerajinan gerabah. Tepatnya di Desa Gampangsejati, Kecamatan Laren, Lamongan. Meski mulai tergerus modernisasi zaman, namun perajin gerabah ini tetap eksis. Kerajian tradisional berbahan dasar tanah liat ini masih dilestarikan oleh perajin desa setempat. Salah satu perajin gerabah, Supriatun, sudah puluhan tahun menekuni pekerjaan ini. Dari ketekunannya, ia mampu menyekolahkan anak-anaknya. “Alhamdulillah, anak-anak sudah bisa sekolah tinggi, ada yang buka usaha sendiri," kata Supriatun, Senin (13/9/2021). Untuk pemasaran, biasanya cobek ini dibeli para pemilik warung makan penyetan. Bahkan, ada pelanggan dari luar kota datang sendiri, pelanggan itu biasanya mengambil lebih dari 500 biji. Berbagai macam jenis gerabah dihasilkan, mulai dari cobek dengan berbagai ukuran, anglo, sangrai, kendi, dan kerajinan lainnya. Harganya pun menyesuaikan ukuran dan jenisnya, mulai dari 10 ribu hingga ratusan ribu rupiah. "Alhamdulillah, ada saja permintaan. Masih banyak yang datang mencari cobek. Mungkin orang berpikiran karena bumbu yang diolah dari cobek itu lebih enak," ungkapnya. Meski usianya tak lagi muda, ia masih mampu memproduksi sekitar 50 cobek sehari. Supriatun (70), mengatakan akan terus membuat gerabah sebagai warisan kerajinan dari leluhurnya yang harus dilestarikan generasi penerusnya. "Saya akan terus membuat kerajinan semacam ini semampunya, dan ini diwariskan secara turun temurun," pungkasnya. (nas/har/fer)
Di Tengah Gempuran Modernisasi, Perajin Gerabah Gampangsejati Tetap Eksis
Senin 13-09-2021,20:22 WIB
Editor : Ferry Ardi Setiawan
Kategori :