Jombang, memorandum.co.id - Pandemi Covid-19 mendorong berbagai pihak bersinergi dalam memutus rantai penularan virus corona. Santri di pondok Pesantren Tebuireng Jombang turut menjadi pelopor dalam penerapan disiplin protokol kesehatan 3M, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Salah satu contoh kongkret yang diterapkan di pesantren Tebuireng adalah keberadaan satgas di internal pesantren. Setelah terbentuk, seluruh kegiatan yang melibatkan banyak orang harus mendapatkan persetujuan dari satgas tadi. Selain itu, santri juga saling memberi pengaruh dalam upaya percepatan penanganan covid-19 melalui vaksinasi. Menggandeng Sharla Martiza, influencer muda dari Jombang. Santri-santri Tebuireng mendapat persetujuan Satgas covid-19 untuk menggelar bincang podcast yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Tebuireng Online Kamis (12/8/21) malam. Dengan dukungan Akatara Jurnalis Sahabat Anak dan Unicef, podcast mengusung tema ‘Santri Tebuireng Bincang Covid-19’. Dalam podcast tersebut, sebagai remaja 17 tahun Sharla mengaku miris dengan tingginya kasus covid-19 dan banyak anak jadi korban. Karenanya, ia mengajak seluruh kalangan remaja untuk turut mematuhi protokol kesehatan dan giat mendukung program vaksinasi. “Sampai hari ini penularan Covid-19 masih tinggi. Apalagi varian baru semakin menular, makanya ayo semua kita harus patuh dan tetap menerapkan 3M,” kata Sharla, Kamis,(12/8/21). Sharla mengaku bersyukur karena dia berada di lingkungan keluarga yang mendukung vaksin dan prokes. Ia berharap, seluruh keluarga di Indonesia juga memberi dukungan kepada anak-anaknya melalui upaya-upaya yang dapat membantu pemerintah dalam menanggulangi pandemi. Dari 3 M yang ada, Sharla menambahkan satu M, yakni menyetop ngopi-ngopi diluar. "Menahan ngopi diluar, jadi ngopinya lewat Vidio call aja dlu," tuturnya sembari melempar tawa. Farhan Ishaqi, salah satu santri Ponpes Tebuireng Jombang mengatakan, para santri di pesantren memang jumlahnya cukup banyak. Dengan penerapan prokes yang benar, ia yakin upaya untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 di pesantren bisa dilakukan. Ia menyayangkan masih ada pihak-pihak yang menolak vaksin. Sehingga ia menyarankan agar pemerintah lebih gencar lagi mensosialisasikan vaksinasi khususnya di lingkungan pesantren. "Vaksin itu penting menurut saya, karena tidak ada cara lain lagi selain taat prokes dan vaksin. Jika kita bisa mencegah kerusakan yang lebih parah melalui vaksin ini, kenapa tidak. Saya juga sudah vaksin," tegasnya. Di sisi lain, Hawari Rifqi, Pengurus Ponpes Tebuireng Jombang menambahkan, selama pandemi Covid-19 ini pengetatan dipesantren juga dilakukan. Ada aturan sesuai prokes yang diterapkan dengan ketat, seperti kunjungan keluarga santri maupun segala aktifitas yang dilakukan di dalam pesantren. “Penerapan prokes dan 3M harus dilakukan. Selebaran dan semua tempelan untuk patuh prokes diterapkan di berbagai sudut pesantren,” katanya. Hawari mengakui penerapan prokes dan penanggulangan covid-19 lebih kompleks, karena pesantren diisi oleh anak-anak hampir dari seluruh Indonesia, tidak hanya dari satu atau dua kabupaten, kota saja. Namun ia yakin, dukungan dari banyak pihak dapat membantu pesantren turut menjadi pelopor penanggulangan pandemi. Berlangsung selama dua jam, bincang podcast oleh santri tersebut diakhiri dengan komitmen bersama oleh santri dan pengurus pesantren untuk serentak mendorong vaksinasi dan ketaatan terhadap protokol covid-19. Duet sholawat Sharla Martiza dan Farhan Ishaki menjadi penghujung podcast.(wan)
Bentuk Satgas Prokes, Santri Tebuireng Pelopori Kampanye Memutus Mata Rantai Penyebaran Covid-19
Jumat 13-08-2021,15:30 WIB
Editor : Aziz Manna Memorandum
Kategori :