Surabaya, memorandum.co.id - Sebagai media cetak yang memiliki konsen pemberitaan kriminal dan hukum, pimpinan melihat Memorandum masa kini telah menemukan jalurnya.
Surat Kabar Harian (SKH) Memorandum disebut sudah memiliki posisi yang akurat, tidak hanya sebagai koran kriminal namun juga sebagai koran hukum.
SKH Memorandum dari hari demi hari terus konsisten menyajikan porsi yang kuat berkaitan dengan kriminalitas di Surabaya dan di Jatim. Dikupas habis, tuntas, dan tak tersisa dalam rubrik Polisi Kita.
"Dewasa ini, Memorandum menjadi media yang sepertinya wajib dibaca polisi. Kemampuan Memorandum menggarap konten inilah sehingga menemukan karakteristik sebagai koran kriminal dan hukum," kata Imawan Mashuri, Jumat (18/6/2021).
Oleh karena sudah menemukan posisi yang tepat ini, Imawan menilai SKH Memorandum sukses menjalankan bisnis dan mempertahankan eksistensi di bidang media cetak.
"Saya salut dan mudah-mudahan terus bisa berkembang serta merasa tahu bahwa di situlah kekuatan Memorandum. Sehingga segala hal prospek kemediaan harus terus digarap oleh Memorandum," tegasnya.
Sementara itu, Prof Dr Mangestuti Agil Ms Apt, istri pendiri SKH Memorandum alm H Agil H Ali, menaruh harap Memorandum di masa yang akan datang terus eksis dan berada di lajur yang positif.
Sosok ibu dua orang anak yang senantiasa terlibat di setiap pergerakan Memorandum ini ingin agar Memorandum terus berinovasi, tidak hanya puas atas capaian hari ini, belajar dan terus belajar adalah kunci.
"Saya melihat dan saya harus mengakui, bahwa upaya yang dilakukan oleh manajemen selama ini, yang tentu itu disopiri oleh redaksi dan para wartawan, yang telah membuat Memorandum menemukan bentuknya," ulas Mangestuti.
Seiring berjalannya waktu, Mangestuti Agil pun tak menyangka dengan capaian Memorandum belakangan ini yang disebutnya bisa bersinergi dengan polisi.
"Saya kagum. Di bawah kepemimpinan yang sekarang, Memorandum sudah menemukan bentuknya. Bagaimana koran ini bisa menempatkan posisinya sebagai mitra polisi untuk menegakkan kebenaran," paparnya.
Sehingga yang menjadi tantangan ke depan, kata Mangestuti ialah terus bertahan dan berevolusi sesuai dengan perkembangan zaman.
"Jurnalisme harus terus jalan dan ditampilkan sesuai dengan situasi masa kini," katanya.
"Jadi manajemen harus menentukan, mau ke mana selanjutnya setelah mengalami kemajuan ini. Nah ini harus didukung dengan generasi baru, wawasan baru, pola pikir baru, keilmuan yang baru, dan mindset yang baru," imbuh Mangestuti.
Mangestuti lantas menitipkan pesan penting kepada jajaran redaksi, yakni satu hal yang tak boleh ditinggalkan adalah terus belajar, belajar, dan belajar. Terlebih di era saat ini sudah didukung sarana yang tak terbatas.
"Karena dengan belajar itu akan membuka wawasan kita sehingga kita akan tahu apa yang akan kita lakukan. Meski tren kita sudah di lajur yang positif lantas jangan berdiam diri, namun kita harus belajar dan terus berinovasi menghadapi zaman yang kian canggih ini," pungkasnya. (mg-3/fer)