Oleh: Arief Sosiawan
Pimpinan Redaksi
Sepekan terakhir berita pencabulan begitu marak. Contohnya, di Jawa Timur saja, Polda menangani satu kasus dan Polrestabes Surabaya dua kasus.
Yang ditangani Polrestabes Surabaya; pertama, dilakukan Ardianu Saur (28), warga Dimpong Manggarai, NTT, Minggu (30/6). Setelah anak buah Kombespol Sandi Nugroho mengamankan pelaku, pada hari yang sama aparat mengamankan Andri Widodo (33). Satu kasus yang ditangani Polda Jatim melibatkan kepala sekolah, AS (40), Jumat (5/7).
Kasus pertama terjadi gegara tidak ada satu wanita pun yang bersedia dipinang Ardianu Saur. Frustasi, pria indekos di Jalan Balongsari Tama itu kehilangan akal sehat. Dia melampiaskan hasrat dengan mencabuli anak tetangga kos berinisial HS (10).
Pada kasus kedua dilakukan Andri Widodo, pemuda Lamongan. Tanpa belas kasih dia mengaku mencabuli tiga bocah di bawah umur, setelah sebelumnya mencabuli Anggrek (15), yang korban pertamanya. Kurang ajarnya, pada kasus ini Andri sengaja merekam perbuatan bejatnya itu dengan ponsel miliknya.
Kasus ketiga, ini yang terbaru dan sedang ditangani Subdit IV Renakta Ditreskrimum Polda Jatim. Aparat mengamankan kepala sekolah berinisial AS usai menganiaya dan mencabuli enam anak laki-laki di bawah umur yang merupakan siswanya.
Dari ketiga kasus ini, tidak ada kata yang bisa mewaikili perasaan masyarakat selain miris! Apalagi, pengakuan para tersangka, perilakunya banyak dipengaruhi akibat sering menonton video porno.
Ironis, kejadian demi kejadian ini muncul di tengah perayaan hari jadi ke-73 polisi. Tampak sekali masyarakat negara sedang tergerus degradasi moral. Terjadi pengikisan keimanan. Terjadi juga kemungkaran yang memilukan.
Alhasil, masyarakat Jawa Timur khususnya di Surabaya, merasa hidup tidak aman di kota dan daerahnya sendiri. Merasa pula tidak nyaman tinggal di wilayahnya sendiri. Minimal (mungkin) warga merasa sudah tidak bisa hidup tenang meski di sekelilingnya. Karena, kondisi masyarakat kini nyata-nyata tidak memberi ketenangan.
Menyelesaikan kasus-kasus asusila seperti ini memang tidak mudah seperti membalikkan kedua tangan. Karena, peliknya persoalan. Karena berbagai faktor yang memperngaruhinya. Pun juga tidak bisa hanya ditangani oleh aparat kepolisian, meski kini ada tekad baru dengan slogan Jogo Suroboyo yang diusung kepolisian untuk memberi raya aman, rasa nyaman, dan rasa tenang untuk masyarakat. Semua stakeholder masyarakat harus terlibat.(*)