Jombang, memorandum.co.id - Pandemi Covid-19 yang hingga saat ini masih belum berakhir, membuat sektor usaha industri kecil dan menengah mengalami terjun bebas. Para IKM masih belum mampu berproduksi seperti sedia kala, Minggu (21/3/2021). Adapun yang sudah berproduksi, namun mereka tidak dapat memasarkan produknya karena terbentur aturan ketat untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Sehingga berdampak pada omzet atau penghasilan yang mengalami penurunan drastis, sangat signifikan. Salah satu yang terdampak, yaitu para perajin aksesoris di Sentra Industri Manik-Manik Desa Gambang, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang. Di masa pandemi ini, perajin manik-manik mengalami gulung tikar. Ketua Asosiasi Perajin Manik-Manik dan Aksesoris (APMA) Jombang Muhammad Kodri mengatakan, bahwa efek pandemi Covid -19 sangat berdampak besar pada perajin atau pengusaha manik-manik. "Di dalam angka, para perajin terpuruk hingga 60 persen, atau gulung tikar. Ada banyak alasan yang membuat kami, para perajin manik-manik mengalami gulung tikar. Yang pertama karena banyak galeri yang tutup, sehingga tidak ada transaksi," katanya saat ditemui di gerai IKM Jombang. Sehingga, terang Kodri, ketika tidak ada transaksi, maka otomatis order atau produksi juga tidak ada. Pasar terbesar perajin manik-manik ini ada di tiga provinsi. Yakni Bali, Kalimantan, dan DKI Jakarta. "Sebagai kepala rumah tangga, dengan caranya bagaimana bisa bertanggungjawab pada keluarganya dan eksis bertahan hidup, maka banyak yang alih profesi. Seperti kuli bangunan atau apapun yang bisa menghasilkan uang," terangnya. Kodri mengungkapkan, dibanding sebelum adanya pandemi Covid-19, omzet perajin manik-manik menembus Rp 1,5 miliar sampai Rp 1,8 miliar, per bulannya. Sedangkan di masa pandemi, omzet terjun bebas hingga 60 persen. "Selama pandemi ini omzet per bulan hanya berkisar Rp 300 jutaan, untuk keseluruhan komunitas yang berjumlah sebanyak 89 perajin atau pengusaha manik-manik yang mempekerjakan sebanyak 596 orang," ungkapnya. Kemudian Kodri menjelaskan, untuk saat ini pihaknya mulai berfikir dan berbenah diri. Seperti halnya membuat gerai untuk teman-teman IKM agar bisa eksis bertahan untuk memasarkan produknya. "Nanti kita coba untuk melangkah, karena kelemahan dari IKM itu marketing-nya, pemasarannya. Makanya kita juga membuat (marketing) offline dan online-nya. Dengan guyub rukun, InsyaAllah perekonomian akan tumbuh dan berkembang dengan cara seperti itu," jelasnya. Ditanya terkait peran pemerintah terhadap perajin manik-manik, Kodri menandaskan, bahwa ada peran dari pemerintah di musim pandemi, seperti mendapat bantuan dari kementerian (Kemenkop, red). "Tapi yang saya usulkan kemarin sebanyak 89 orang, yang mendapat baru 36 orang. Kemarin kita diajak diskusi, katanya mau ada lagi, satu perajin dapat Rp 1 juta. Mudah-mudahan bisa terjadi, bisa untuk bertahan hidup lah," tandasnya. Untuk itu Kodri berharap kepada pemerintah setempat, demi kemajuan bersama, bisa mengangkat Jombang, harus butuh ruang diskusi. "Dari diskusilah, istilahnya program Pemkab Jombang itu nyambung dengan kebutuhan IKM. Sebenarnya banyak hal sih, seperti itu," pungkasnya. (yus/fer)
Banyak Gerai Tutup Akibat Pandemi, 60 Persen Perajin Manik-Manik di Jombang Gulung Tikar
Minggu 21-03-2021,18:27 WIB
Editor : Ferry Ardi Setiawan
Kategori :