Denpasar, memorandum.com - Glaukoma adalah kerusakan saraf mata akibat meningkatnya tekanan pada bola mata. Meningkatnya tekanan bola mata ini terjadi akibat gangguan pada sistem aliran cairan mata.
Seseorang yang menderita kondisi ini dapat merasakan gejala berupa gangguan penglihatan, nyeri pada mata, sakit kepala. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak diseluruh dunia maupun di Indonesia. Kebutaan akibat glaukoma bersifat permanen.
"Karena sering tidak bergejala, calon penderita glaukoma kerap tidak menyadarinya. Karenanya harus diwaspadai bila memiliki riwayat diabetes, hipertensi atau secara umum kerap merasakan sakit kepala dan atau rutin menggunakan obat tetes mata tertentu yang mengandung steroid. Segera deteksi dini karena glaukoma bersifat permanen," tutur dr. Nyoman Yenny Khristiawati dari Siloam Hospitals Denpasar melalui edukasi webinar kesehatan, Rabu (10/03/2021) sekaligus memperingati World Glaukoma Week yang jatuh setiap minggu kedua bulan Maret setiap tahunnya
Dokter spesialis mata, Yenny, yang akrab disapa melanjutkan penjelasannya, bahwa dampak dari Glaukoma mengakibatkan kualitas hidup penderita mengalami gangguan penglihatan dan akan adanya pengobatan yang intensif dan periodik.
Yenny menjelaskan, penyakit Glaukoma memiliki dua jenis; yaitu Primer dan Sekunder. "Yang membedakan antara keduanya adalah penyebab dari mata tersebut," imbuh Yenny.
Pada jenis yang Primer, penyebabnya tidak diketahui, namun faktor genetik memiliki peran didalamnya. Sementara Glaukoma Sekunder penyebabnya karena efek samping obat-obatan atau akibat trauma dan penyakit lainnya.
Glaukoma tipe Sudut Terbuka dan tipe Sudut Tertutup
Glaukoma Sudut Terbuka umumnya menyebabkan kejadian yang kronis dan tanpa gejala, sehingga tanpa disadari penglihatan akan semakin berkurang dan berdampak pada buruknya visualisasi mata. "Contohnya, saat berjalan, kerap penderita akan menabrak benda yang berada disisi samping," sebut Yenny. Adapun untuk Glaukoma Sudut Tertutup biasanya mendadak. Gejala yang dialami umumnya merasakan sakit dan mata merah, penglihatan buram, melihat halo (seperti bias cahaya lampu), nyeri kepala, mual dan muntah. " Namun dalam beberapa kasus ada yang mengalami penglihatan yang hilang secara tiba-tiba," ungkap Yenny mengingatkan. Menyimpulkan dua tipe glaukoma tersebut, dikatakan dr Yenny, glaukoma Sudut Terbuka masih dapat diatasi melalui konsumsi obat-obatan, namun jika tdk terkontrol baik harus dilakukan pembedahan.
Masyarakat yang terdeteksi Glaukoma, umumnya memerlukan pemeriksaan dan kontrol seumur hidup. Menurut dr Yenny, tujuan pengobatan Glaukoma guna mengontrol tekanan bola mata.
Pengobatan Glaukoma bisa diberikan dengan pemberian obat-obatan, yang berfungsi untuk menurunkan produksi cairan humor aqueous, meningkatkan aliran cairan humor aqueous, Hiperosmotik. "Cara lainnya adalah pengobatan Laser atau dilakukan pembedahan/operasi," tutur Yenny.
Mengakhiri presentasi edukasi tentang Glaukoma dan Cara Penanganannya, dokter spesial mata dari Siloam Hospitals Denpasar ini kembali mengingatkan masyarakat agar rajin melakukan deteksi dini melalui layanan medis screening. Terutama bagi pengidap diabetes pun hipertensi hingga kelompok usia lanjut.
"Penyakit Glaukoma karena faktor usia, keturunan, Etnik/Ras tidak dapat dicegah. Untuk itu dilakukan deteksi dini dengan melakukan screening. Kerusakan saraf mata akibat Glaukoma tidak bisa disembuhkan, dikembalikan. Karena Glaukoma hanya bisa dikontrol," pungkas dokter Yenny.
Di dunia dari 39 juta angka kebutaan, Glaukoma menyumbang 3,2 juta jiwa. Dan 4-5 orang dari 1.000 orang di Indonesia menderita Glaukoma.
Berikut ini beberapa jenis pemeriksaan terhadap Glaukoma, yaitu :
1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan, dilakukan dengan jarak tertentu dan menutup mata disalah satu sisi baik kiri maupun kanan.
2. Pemeriksaan Tekanan bola mata, Tekanan bola mata normal 8-21 mmHg.
3. Pemeriksaan Segmen Anterior bola mata.
4. Pemeriksaan Saraf Mata (Funduskopi)
5. Pemeriksaan Sudut Bilik Mata Depan (Ganioskopi)
6. Pemeriksaan Lapang Pandang (Perimetri)