Virus Nipah Dapat Mengakibatkan Seseorang Koma, Adakah Kasusnya di Indonesia? Ini Kata Dokter RSUD Dr Soetomo

Jumat 05-02-2021,18:31 WIB
Reporter : Ferry Ardi Setiawan
Editor : Ferry Ardi Setiawan

Surabaya, memorandum.co.id - Virus Nipah, virus yang digadang-gadang bisa menjadi ancaman pandemi jilid 2. Kehadirannya muncul akibat kelelawar buah yang kemudian menular dari hewan ke manusia. Vaksin ataupun obat untuk virus ini bahkan belum ditemukan. Tanda dan gejala yang muncul menyerupai influenza. Misalnya, badan meriang, demam, dan otot-otot terasa sakit. Pada gejala yang serius, seseorang bisa mengalami gangguan sistem pernapasan, bahkan infeksi pada otak. Infeksi pada otak itulah yang akan mengakibatkan penderita mengalami ensefalitis atau radang otak. “Adanya infeksi pada otak ini yang akan menyebabkan ensefalitis,” ujar Dr Agung Dwi Wahyu Widodo dr MSi MKed Klin SpMK, Dosen Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. “Virus yang masuk lewat saluran napas kemudian menyebar lewat darah. Lalu darah ini mengalir menuju otak dan membawa virus,” tambahnya. Ensefalitis itu akan berkembang menjadi koma dalam kurun waktu 24 hingga 48 jam. “Selain ensefalitis, penderita juga bisa kejang dan terjadi koma,” terang Ketua Perhimpunan Pengendalian Infeksi (PERDALIN) Cabang Surabaya tersebut. Hal tersebut dibuktikan dari hasil autopsi seseorang yang terpapar virus Nipah. “Dari autopsi yang dilakukan, didapatkan bahwa virus ini ditemukan di pembuluh darah dan jaringan otak. Sehingga bisa dikatakan bahwa virus ini bisa menginfeksi otak,” kata Agung. Virus yang menginfeksi otak itulah yang akan menyebabkan seseorang mengalami penurunan kesadaran hingga mengakibatkan koma. Lebih jauh, Agung yang juga berprofesi dokter di RSUD Dr Soetomo Surabaya ini mengatakan, kasus virus Nipah masih nihil untuk wilayah Indonesia. "Sejauh ini belum ada kasus virus Nipah di Indonesia, termasuk di lingkungan RSUD Dr Soetomo sendiri juga belum menangani kasus tersebut," kata Dewan Pakar Satgas Covid-19 IDI Jawa Timur itu. Meski belum ada, imbuhnya, virus tersebut kemungkinan dapat masuk ke Indonesia mengingat ditemukan spesies kelelawar Pteropus dan spesies lain yang dapat menyebabkan penularan virus tersebut. "Awalnya, virus ini ditularkan kali pertama  oleh kelelawar buah. Kemudian menular ke babi. Dari babi menular ke manusia. Dari sinilah akhirnya terjadi proses penularan beruntun, terlebih masih banyak peternakan babi yang ada di Indonesia, kemungkinan itu ada,” tandasnya. (mg-3/fer)

Tags :
Kategori :

Terkait