Anak Perempuanku Berteman dengan si Cantik dari Dunia Lain (2)

Rabu 27-01-2021,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Suara Mentik: Lihat Nawang, Kapal Nabi Nuh Sudah Lewat

Hendro menganggap informasi Nawang yang disampaikan lewat Mentik sebagai lucu-lucuan. Mana mungkin kapal Nabi Nuh melalui rumah mereka. “Ah, dasar anak-anak. Imijinasinya kadang kelewatan,” pikir Hendro. Sehari-dua hari lewat, terbukti tidak ada apa-apa. Hendro yang work from home (WFH) seharian bahkan merasakan udara sangat gerah. Terpaksa ia beraktivitas tanpa baju. Ote-ote. Kipas angin tidak mampu mengusir kepenatan. Udara panas hanya muleg koyok entut diblender. Pengab. Mau menggunakan AC, eman. Kondisi pandemi memaksa harus melakukan pengiritan. Apa-apa serba mahal. Sore hari udara semakin pengab. Teramat sangat sekali AC di ruang keluarga dinyalakan di luar jadwal. Biasanya AC di ruang keluarga yang menjadi satu dengan ruang makan itu hanya dinyalakan saat sarapan dan makan malam. Untuk mengirit, sudah beberapa minggu AC sengaja dimatikan. Digantikan kipas angin yang selama ini hanya disimpan di gudang. “Kami nonton ajang pencarian bakat di televisi,” kata Hendro.   Tanpa terasa semua tertidur. Sangat pulas. Bunyi tetes air yang lumayan deras tidak terdengar. Hendro terbangun ketika tubuhnya digoyang-goyang sang istri. Ternyata air sudah menggenang. Makin lama makin tinggi.   Di luar, teriakan banjir-banjir terdengar sahut-menyahut. Tapi tidak terdengar seperti orang panik. Malah seperti orang guyon. Itu mungkin dkarenakan banjir sudah sangat sering terjadi di daerah mereka.   Tapi tidak seperti biasanya, kali ini genangan banjir lebih tinggi. Luapan anak sungai Gengawan Solo mencapai pinggang orang dewasa. Di beberapa wilayah bahkan sampai dada.   Beberapa benda elektronik yang biasanya cukup diselamatkan ke atas meja atau anak tangga sudah bisa, kali ini tidak. Maka, banyak di antara benda-benda itu yang korslet, terbakar, dan meledak.   Hendro bersama beberapa keponakan lelaki yang tinggal di rumah bekerja keras menyelamatkan benda-benda berharga ke lantai dua. Tiba-tiba listrik padam. Suasana terkurung pekat.   Mereka bekerja dalam gelap. Hanya diterangi nyala senter HP, entah milik siapa. Sebab, HP Hendro, istri, dan ketiga anaknya hilang tersapu banjir. Mungkin milik keponakan-keponakan Hendro yang tidur di lantai dua.   Waktu itu sekitar pukul 00.30. Pekerjaan baru bisa dituntaskan setengah jam kemudian. Istri Hendro sempat berteriak-teriak histeris karena tangannya dibelit seekor ular, yang semula dikira kabel charge anak-anak yang biasa digeletakkan di sembarang tempat.   Seisi rumah juga sempat heboh karena Mentik tidak ada di antara mereka. Dicari ke sana kemari, tidak ada. Di dalam maupun di luar rumah. Setiap sudut ruangan di dalam rumah diubek-ubek, nihil.   Istri Hendro mulai menangis. Membayangkan Mentik terbawa arus atau terperosok selokan di depan rumah mereka. Hendro dan keponakannya disebar. Mereka mencari dan bertanya-tanya ke para tetangga.   Hendro putus asa. Istrinya menangis sangat keras. Tiada henti. Histeris. Tubuh Hendro dipukul-pukul dengan keras. Tiba-tiba dari atas terdengar suara anak kecil, Suara Mentik, “Lihat Nawang, kapal Nabi Nuh sudah lewat.” (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih  
Tags :
Kategori :

Terkait