Perempuan dan Ular Hijau di Tandon Air Wonokitri (4)
Jumat 15-01-2021,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi
Kaki Dicengkeram Kuat di Tengah Rebak Wangi Kenanga
“Pak Yuli berani adu nyali di tandon air Wonokitri? Hanya berdua. Aku barek Pean tok. Kalau berani, nanti malam kita ke sana. Diam-diam saja. Pak Yuli tak bonceng.”
Tantangan tadi disampaikan Pak Anton saat kami jagongan di pos kamling RT. Setelah deal, kami sepakat Kamis malam Jumat berikutnya gowes ke Wonokitri. Berdua saja.
Tidak seperti biasa saat hendak gowes duet atau berjemaah, sore itu aku merasa agak gimana gitu. Antara malu dan penasaran. Malu pada diri sendiri, cik nemene gowes sengaja berharap bertemu perempuan cantik. Nafsu banget… hedeh!
Di sisi lain juga penasaran: bisakah berjumpa lagi dengan perempuan dan ular hijau itu. “Nanti kalau memang bisa bertemu, apa yang akan kita lakukan?” aku bertanya.
“Kita lihat saja nanti.”
Menjelang sampai tempat tujuan, pukul 16.00. Masih ada waktu sampai menjelang azan Magrib. Aku mengajak Pak Anton mampir ke warkop tidak jauh dari lokasi.
Kami memesan dua cangkir. Sambil nggigit pisang goreng, aku bertanya kepada pemilik warung, “Pak, kabarnya tandon air di sana itu wingit ya?”
“Katanya sih iya, tapi kulo mboten nate sumerap piyambak.”
“Kabarnya ada ular besar,” sahut seorang pria yang juga tamu warung.
“Alaaah, mbelgedes. Saya gak percaya yang gitu-gitu. Mikir ndolek duit nggo mangan ae angele ra jamak,” timpal yang lain.
Semua yang ada di warung manggut-manggut. Kalau belum pernah melihat, memang sulit untuk percaya. Walau sudah pernah pun, ada yang menganggap itu ular biasa, meski memang ada yang yakin ular itu adalah penampakan dari dunia lain.
“Kabarnya kadang-kadang juga terlihat perempuan misterius. Bener, Pak?” tanya Pak Anton.
Pemilik warung tidak menjawab. Orang-orang lain juga tidak. “Kalau perempuan tampaknya nggak ada. Nggak pernah dengar juga. Tapi tidak tahulah,” terdengar suara, entah siapa.
Sekitar pukul 17.00 kami pamit. Sampai di lokasi, kami duduk-duduk di badukan. Beberapa waktu kemudian terdengar azan Magrib. Bersahut-sahutan. Kami waspada. Tapi sampai pukul 21.00, tidak ada tanda-tanda kemunculan ular hijau. Apalagi perempuan berwajah eksotik.
Kami gagal. Tapi kami tidak putus asa. Kami mengulangi perburuan penampakan sampai lebih dari tiga kali. Entah pada usaha yang keberapa, kami duduk terpisah. Aku di badukan, sedangkan Pak Anton di bawah sebuah pohon.
Menjelang Magrib, aku merasakan suasana mistis menyelimuti lokasi. Bulu kuduk berdiri. Aku bahkan mendadak merasakan tubuh gringgingen sesekujur. Aku menoleh ke Pak Anton, tidak ada. “Lho, ke mana dia?” batinku.
Tiba-tiba aku merasa kakiku menyenggol sesuatu. Aku tarik ke atas, tapi tidak bisa. Sepertinya ada yang mencengkeram. Tapi tidak tampak siapa-siapa. Tidak tampak apa-apa. Saat itulah merebak wangi kenanga. (bersambung)
Penulis : Yuli Setyo Budi
Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih
Tags :
Kategori :