Penolak Syariat Islam Terjebak Jadi Mualaf Penikmat Syariat (4)

Jumat 18-12-2020,10:11 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Dipaksa Istri Menikahi Adik Mindoan, Janda Beranak Satu

Suatu hari, setelah makan malam, Aling mengajak Jingmi berbicara serius. Tidak hanya berdua. Ada Tia dan Joko di sampingnya. Dipandanginya mata Jingmi, kemudian pindah ke mata Tia dan Joko. “Ko, Elu kan pengen masuk surga. Demikian juga aku serta Tia dan Joko,” kata Aling sambil memandang tajam mata Jingmi. Jingmi, Tia, dan Joko lholhak-lholhok. Tidak paham kata-kata Aling dan ke mana arahnya. “Dan seperti katamu, Ko, Elu kan pengen deket Rasulullah di surga kelak. Iya kan?” imbuh Aling. Jingmi mengangguk meski belum tahu arah pembicaraan Aling. “Lalu kenapa?” tanya Jingmi, didukung anggukan Tia dan Joko. “Nah,” jawab Aling, yang lantas menambahkan, “Ini kesempatan bagimu untuk membuktikan kiinginanmu itu,” kata Aling. “Maksudmu?” tanya Jingmi dengan nada penasaran. “Joko kan anak yatim. Dan Tia janda.” “Iya. Kenapa.” “Rawat dan sayangi mereka dengan baik. Penuh kasih sayang.” “Bukankah itu semua sudah kita lakukan?” tegas Jingmi. “Belum sepenuhnya.” “Telus, kita halus bagaimana?” “Kawini Tia seperti Rasul mengawini para janda. Lalu angkat Joko yang yatim sebagai anakmu. Jalankan sunah,” kata Aling. Jingmi terkejut. Baru ngeh arah pembicaraan istrinya. Dan, dia tidak menyangka Aling akan berkata seperti itu. “Aku ikhlas. Dan, aku akan nunut masuk surga serta ikut dekat dengan Rasul,” imbuh Aling. Dan lagi, tambahnya, “Siapa tahu Elu juga bakal bisa punya anak dengan Tia. Anak kandung Elu sendiri. Yang artinya juga anakku.” Tia membuka mulut hendak menyela, tapi bibirnya segera ditutup telapak tangan  Aling. “Elu juga tidak usah sungkan-sungkan sama Kakak. Kakak sudah pikir masak-masak, dan ini insya Allah itu baik untuk kita.” Walau menghargai istrinya yang memberi kesempatan menikah lagi, seperti pemikiran bapak-bapak kompleks perumahan, Jingmi harus berpikir sejuta satu kali untuk mengiyakan usul tersebut. Setelah memutar-mutar pikiran, Jingmi menolak. Aling terus memaksa. “Ini keputusan kepala rumah tangga. Tidak bisa digugat. Termasuk oleh kepala keluarga. Keputusan ini mengikat. Dok!” kata Aling sambil pengetukkan kepalan tangan ke meja. Brek! (habis)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih      
Tags :
Kategori :

Terkait