Suami dan Ayah Masa Kini yang Hidup bak Zaman Jahiliyah (2)

Jumat 04-12-2020,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Dinilai Anak-Anak seperti Hidup pada Masa Jahiliyah, Kuno

Agus dibopong masuk rumah oleh tukang becak dan pemuda yang menabraknya. Dibaringkan di sofa. Risa kaget dan berusaha menyadarkan suaminya.Tidak ada respons. Ketika sedang membaluri wajah Agus dengan minyak kayu putih, telepon Risa berdering. Dari adiknya. Mengabarkan ayah mereka sudah kapundut. Sudah dipanggil Gusti Allah. Tangis Risa langsung meledak. Meraung-raung karena merasa ditilep sang ayah. Dipukul-pukulnya dada Agus yang belum sadarkan diri. Tidak lama kemudian Risa ikut-ikutan pingsan di samping Agus. Agus baru sadar sekitar pukul 08.00. Bukan di rumah, melainkan di ranjang rumah sakit. Risa dan kedua anaknya duduk tidak jauh dari ranjang. Pandangan Agus kosong. Dia hanya bisa tolah-toleh seperti kethek ditulup. Agus tidak tahu apa yang terjadi dan menimpa dirinya. Dia hanya tahu sedang ditunggui istri dan anak-anaknya. Risa lantas menceritakan apa yang terjadi dan berupaya mengembalikan ingatan Agus. Agak sulit, tapi pelan-pelan memori Agus bisa kembali. Baru empat hari kemudian Agus beserta istri dan anak-anaknya pulang ke rumah orang tua Risa di Nganjuk. Setelah kondisi kesehatan Agus sudah benar-benar pulih. “Benar kan kataku? Kita kesandung sial setelah kejatuhan cicak. Omongan para pinisepuh tidak bakalan meleset,” kata Agus dalam perjalanan. Masih berusaha membenarkan diri. “Itu namanya takdir,” sanggah Risa. Dua anak mereka membenarkan ibunya. Agus tidak membantah. “Kalau pada hari saat Papa kejatuhan cicak itu kita nekat berangkat ke Nganjuk, mungkin musibah yang lebih besar menimpa kita,” kata Agus. “Belum tentu, Pa. Bisa juga kita selamat dan baik-baik saja,” sergah si sulung. “Qada dan qodar sudah ditulis di lauhul mahfudz jauh sebelum kita dilahirkan,” tambah si ragil. “Papa tahu. Tapi, Yang di Atas sana juga memberi kita tanda-tanda apa yang akan terjadi supaya kita waspada,” kata Agus berusaha keukeuh pada keyakinannya. “Papa tahayul. Percaya mitos.” “Iya. Papa kayak hidup di zaman jahiliyah. Kuno.” Agus hanya tersenyum. Menoleh ke kedua anaknya yang duduk di jok belakang. Sesampai di Nganjuk, masih banyak keluarga yang tinggal. Termasuk saudara-saudara kandung Risa. Keluarga Risa kebetulan memiliki penginapan tidak jauh dari tempat tinggal ayah-ibunya. Mereka menginap di sana. Pada masa pandemi ini penginapan itu relatif sepi. Agus sempat menjadi bahan gojlokan saudara-saudara Risa karena percaya pada tahayul. Jadi bulan-bulanan. “Kalau kita percaya pada sesuatu yang buruk, dan itu yang kita pikirkan, bisa jadi pikiran itu menjadi kenyataan,” kata suami salah satu adik Risa. (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih      
Tags :
Kategori :

Terkait